Kajen - Bagi anda penggemar jajanan atau makanan dan minuman segar, barangkali harus mencoba makanan dan minuman yang disajikan oleh Cafe GSP yang berlokasi di Desa Coprayan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan ini.
Lokasinya yang asri berada di tengah perkampungan yang damai, dengan disain interior yang baik, cukup membawa suasana nyaman untuk bersantai sambil menikmati musik karaoke.
Adalah Kartika Wulan alias Vikoh (28), seorang pemilik Cafe GSP yang ingin mencoba menantang para penggemar makanan dan minuman, dengan menyajikan harga yang relatif terjangkau oleh semua kalangan, baik kalangan bawah maupun menengah keatas.
”Semua makanan dan minuman yang saya sajikan sengaja dengan tarif yang cukup terjangkau, karena pelanggan disini tidak hanya kawula muda atau ABG saja, akan tetapi berbagai kalangan juga sempat mampir di cafe sini”, tutur Vikoh panggilan akrabnya.
Berangkat dari usaha warung yang sudah ditekuninya beberapa tahun lalu, kini dirinya mencoba melebarkan sayap dengan membuka cafe yang saat ini belum sempurna dan masih dalam taraf penyempurnaan.
”Saya mencoba membuka cafe, baru sekitar dua bulan yang lalu, karena sebelumnya hanya warung makan biasa, yang belum bisa ”memanjakan” konsumen. Dan sekarang bangunan cafe sudah saya tempati namun masih belum sempurna sehingga masih harus dibenahi disana sini”, terang Vikoh yang sudah dua tahun lalu menjomblo karena ditinggal suaminya.
Baginya, hidup tanpa suami juga harus dilakoni dengan penuh semangat, kerja yang tekun dan kemauan yang tinggi, karena saat ini, dirinya harus berjuang guna menghidupi anak-anaknya.
”Saya menjalani hidup sendiri dengan penuh harapan dan semangat kerja yang tinggi, terbukti sejak saya buka warung dengan modal hanya 200 ribu rupiah dan sekarang saya berhasil membuka cafe ini. Mudah-mudahan dengan saya mengembangkan cafe, akan bertambah langganan saya, yang tentunya akan menambah penghasilan”, tutur Vikhoh.
Menurut Vikoh, Nama Cafe GSP sengaja dipilihnya karena diambilkan dari nama-nama anaknya. ”GSP adalah nama anak-anak saya yaitu Gita, Syahdan dan Putri. Mudah-mudahan dengan menamakan anak-anak saya akan dapat menambah rejeki dan banyak yang berlangganan” harap Vikhoh.
Menu yang disajikan Cafe GSP diantaranya adalah ayam goreng, ayam bakar, sop buntut, sop Karwilan, sayur asem, soto babat, soto KTL, soto ayam, soto tahu, soto tempe serta beberapa minuman, berupa es Juice seperti jus apel, jus tomat ,jus wortel, jus sirsak, jus apukat, jahe susu, STMJ dan lain-lain.
”Harga makanan dan minuman yang saya sajikan insya Allah terjangkau dan memuaskan pelanggan, karena disamping pelanggan menikmati makanan dan minuman, kami ingin memanjakan pelanggan dengan menyediakan music karaoke dengan ruangan yang nyaman”, tantangnya. (AR/3)
Jumat, 13 April 2012
ABU AYYAS TOLAK PEMBUBARAN FPI
Seperti di Kota dan Kabupaten Pekalongan, berbagai elemen masyarakat seperti Garda Bangsa, GP Anshor, PMII, Pagar Nusa, Banser, Baurekso, KMKB sebagai wadah masyarakat, sepakat mendesak aparat keamanan untuk segera membubarkan FPI, karena dinilai, tindakannya selama ini telah menodai perjuangan Islam, seperti halnya kekerasan yang terjadi pada insiden Monas tanggal 1 Juni yang lalu.
Ketua KMKB Pekalongan, M. Zakaria mengatakan, bahwa selama ini FPI melakukan tindakan kekerasan dalam menghadapi permasalahan umat. ”Selama ini FPI melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam, karena sebenarnya Islam bukan hanya milik FPI, akan tetapi sebagai agama yang membawa kedamaian dan sebagai agama pembawa rahmat bagi alam semesta. Untuk itu, kami mendesak kepada aparat keamanan untuk dapat menindak tegas, bila ada organisasi yang mengatasnamakan Islam, apapun nama organisasinya, yang melanggar koridor hukum”, terang Zakaria.
Menurutnya, ajaran agama manapun tidak mengajarkan kekerasan, apalagi Islam adalah agama pembawa perdamaian dan pemberi rahmat bagi umat sedunia. ”Jadi yang namanya amar ma’ruf nahi munkar bukan identik dengan kekerasan. Sebagai umat Islam mestinya dapat melindungi umat yang lainnya dan harus dapat memberikan rasa aman, jangan malah sebaliknya memberi rasa takut yang nantinya berdampak pada masalah ekonomi dan sebagainya. Untuk itu diharapkan kepada aparat keamanan untuk segera membubarkan FPI”, tegas Zakaria.
Sementara itu, Ketua DPW FPI Pekalongan, Abu Ayyas menanggapi adanya desakan beberapa elemen masyarakat untuk segera membubarkan diri mengatakan, bahwa FPI adalah milik umat. ”Jadi yang berhak membubarkan FPI adalah umat. Lagi pula, apa alasanya mengapa FPI harus dibubarkan ?, Kalau alasannya kekerasan yang dilakukan FPI, sebenarnya semua pihak punya potensi untuk melakukan kekerasan. Ini tidak adil”, tegas Abu Ayyas ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Dikatakan Ayyas, bahwa didalam Islam mempunyai sistem nilai yang tentunya dilengkapi dengan sistem pertahanan untuk melindungi diri dan mengawal misi yang harus diemban. ”Jangankan agama Islam, institusi seperti kepolisian atau militer sebagai institusi hankam tentunya dilengkapi dengan perangkat kekerasan dan kapan kekerasan tidak boleh digunakan, karena ibarat sebuah terapi, seorang dokter mempunyai dua terapy dalam menghadapi penyakit pasien yang tergantung dari jenis penyakitnya. Bagi penyakit yang cukup disembuhkan dengan obat-obatan, maka akan dilakukan terapy konvensional atau moderat, sebaliknya bagi penyakit yang sudah kronis, maka akan dilakukan dengan terapy bedah, operasi atau bahkan diamputasi atau dengan kata lain terapy radikal”, terangnya.
Lebih jauh dikatakan, bahwa orang yang mengatakan Islam anti kekerasan berarti tidak memahami karakter syariat Islam, tetapi yang benar adalah Islam mengelola kekerasan. ”Artinya tidak semua permasalahan umat bisa diselesaikan dengan da’wah bil ma’ruf, akan tetapi adakalanya juga ’nahi anil mungkar’ yang beresiko kekerasan dan kekerasan semacam ini yang dibolehkan dalam Islam selama syarat rukunnya terpenuhi, seperti dalam jihad dengan konsekwensinya membunuh atau dibunuh, KILL OR TO BE KILL”, tegasnya.
Dijelaskan bahwa, pemahaman seperti diatas jarang tersampaikan dengan baik kepada umat. Umat banyak memahami Islam secara parsial bahkan sebagiannya lagi menyimpang seperti Ahmadiyah. ”Dalam kondisi tatanan umat semacam ini wajar jika kemudian syariat Islam ditolak umat sendiri, poligami dihujat, nahi munkar diprotes, lokalisasi dan perjudian dimana-mana. Aparat saja tidak sanggup untuk menuntaskan masalah ini, bahkan ada oknum yang inklud didalamnya. Disinilah peran masyarakat untuk melakukan bela Negara untuk menegakkan hukum termasuk didalamnya FPI”, pungkas Abu Ayyas. (AR/3)
Ribuan Buruh Belum Berserikat
PEKALONGAN - Pekerja Nasional Cabang Kota Pekalongan menyatakan dari sekitar 23 ribu buruh di Kota Pekalongan, baru sekitar 5 ribuan buruh saja yang sudah tergabung dalam serikat pekerja. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya sosialisasi tentang pentingnya membentuk organisasi perburuhan dan mereka tidak merasa nyaman ketika
akan membentuk serikat pekerja. “Para buruh di sejumlah perusahaan tidak bisa berserikat karena masih adanya intimidasi dari perusahaan serta kurangnya perlindungan dari pemerintah,” ucap Wakil Ketua DPC SPN, Damirin kemarin.
Saat ini jumlah keanggotaan buruh di DPC SPN Kota Pekalongan tersebar dalam 18 pengurus serikat tingkat perusahaan. Masih ada ribuan buruh yang masih belum dapat dilibatkan dalam serikat, diantaranya dua ribu buruh kontrak di 18 perusahaan di mana SPN aktif mengorganisir. Secara umum buruh kontrak di Pekalongan mencapai 6 ribuan orang. Sementara ini di Pekalongan, serikat yang masuk dalam Dewan Pengupahan Daerah ialah SPN dan SPSI.
“Lewat serikat pekerja, kita bisa memperjuangkan upah pokok dan Jamsostek, hak cuti, upah lembur, libur hari raya dan lainya. Prinsipnya agar buruh tidak dieksploitasi hanya untuk keuntungan besar bagi pengusaha,” jelas Damirin. Damirin menambahkan sebenarnya keberadaan serikat buruh ini dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produkstivitas kerja para buruh. Hal ini jika ada komunikasi yang baik antara perusahaan dan buruh. (dik)
Curi DVD Milik Majikan
PEKALONGAN – Berdalih terdesak kebutuh ekonomi, Mustofa warga Kelurahan Yosorejo Kecamatan Pekalongan Selatan terpaksa harus meringkuk di sel tahanan Polres
Pekalongan Kota karena terbukti mencuri 5 unit DVD milik majikannya. “Dalam aksinya Mustofa berpura-pura mengantar barang ke salah seorang pembeli melaui jasa seorang tukang becak. Namun, ternyata barang-barang yang di kirim tidak sampai kepada pemesan,” ucap Juru Bicara Kepolisian Resort Pekalongan Kota AKP Purwanto kemarin.
Purwanto menjelaskan tersangka Mustofa mengaku barang-barang berupa DVD tersebut telah ia jual ke orang lain dan uangnya dipergunakan untuk kebutuhan keluarganya. Purwanto mengungkapkan pemilik toko elektronik yang bernama Farida warga jalan Merdeka Kota Pekalongan yang merasa kehilangan barang kemudian melaporkan perbuatan Mustofa ke polisi. Polisi kemudian menangkap Mustofa berserta barang bukti 5 unit DVD. Saat ini Mustofa masih di periksa penyidik Polres setempat dan terancam Hukuman sesuai pasal 365 KUHP.(dik)
Pekalongan Kota karena terbukti mencuri 5 unit DVD milik majikannya. “Dalam aksinya Mustofa berpura-pura mengantar barang ke salah seorang pembeli melaui jasa seorang tukang becak. Namun, ternyata barang-barang yang di kirim tidak sampai kepada pemesan,” ucap Juru Bicara Kepolisian Resort Pekalongan Kota AKP Purwanto kemarin.
Purwanto menjelaskan tersangka Mustofa mengaku barang-barang berupa DVD tersebut telah ia jual ke orang lain dan uangnya dipergunakan untuk kebutuhan keluarganya. Purwanto mengungkapkan pemilik toko elektronik yang bernama Farida warga jalan Merdeka Kota Pekalongan yang merasa kehilangan barang kemudian melaporkan perbuatan Mustofa ke polisi. Polisi kemudian menangkap Mustofa berserta barang bukti 5 unit DVD. Saat ini Mustofa masih di periksa penyidik Polres setempat dan terancam Hukuman sesuai pasal 365 KUHP.(dik)
Harga Sembako Turun
BATANG – Ditengah rencana pemerintah yang akan menaikan harga BBM pada bulan April mendatang, harga sembako dan sayuran di Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan justru turun. Diduga, fenomena ini karena masa panen yang melimpah. “Sejumlah komoditas mengalami penurunan harga sepekan ini. Misalnya beras, telur, cabai merah kriting maupun biasa, bawang merah dan bawang putih,” ucap Kepala Seksi Pengawasan Pengadaan dan Penyaluran Disperindagkop dan UMKM Setempat Sri Musri Andariyatmini kemarin.
Menurut pemilik Toko Kita yang menjual aneka sembako, Intan Pramadani, harga cabai merah biasa yang sebelumnya Rp 14 ribu kini telah turun Rp 2 ribu sehingga per kilo nya hanya 12 ribu rupiah. Beras dari Rp 8.500 menjadi Rp 8000. Telur seblumnya Rp 16 ribu per kilogram, kini hanya Rp 15 ribu. Sedangkan cabai merah keriting yang sebelumnya 12 ribu, kini harganya sekitar 10 ribu rupiah saja perkilonya. Selain itu harga bawang merah dan bawang putih juga mengalami penuruanan. (dik)
Menurut pemilik Toko Kita yang menjual aneka sembako, Intan Pramadani, harga cabai merah biasa yang sebelumnya Rp 14 ribu kini telah turun Rp 2 ribu sehingga per kilo nya hanya 12 ribu rupiah. Beras dari Rp 8.500 menjadi Rp 8000. Telur seblumnya Rp 16 ribu per kilogram, kini hanya Rp 15 ribu. Sedangkan cabai merah keriting yang sebelumnya 12 ribu, kini harganya sekitar 10 ribu rupiah saja perkilonya. Selain itu harga bawang merah dan bawang putih juga mengalami penuruanan. (dik)
Targetkan 1000 Kantung Darah
PEKALONGAN - Palang Merah Indonesia atau PMI Kota Pekalongan menargetkan sebanyak 1000 kantung darah setiap bulannya dari berbagai golongan darah untuk memenuhi kebutuhan darah selama tahun 2012. “Kalau pada tahun 2011 lalu, target perolehan darah antara 500 hingga 750 kantung darah bisa terpenuhi. Maka tahun ini jumlahnya target menjadi sekitar 900 hingga 1000 kantung darah,” ucap Petugas Pencari Donor Darah PMI Setempat Ali Imron kemarin.
Ali Imron menjelaskan untuk memenuhi target tersebut, pihaknya rutin melakukan kegiatan donor darah massal diberbagai tempat supaya bisa memenuhi target sekitar 30 sampai 35 kantung darah setiap harinya. Dalam minggu ini, kegiatan donor darah massal oleh PMI akan dilakukan diberbagai tempat seperti di Pondok Pesantren Syafi’I Akrom Buaran, SMK Negeri 3, Hypermart serta di Dupan Mall Pekalongan.
Sedangkan Kadinkes Pekalongan dr Dwi Heri Wibawa menilai kesadaran warga Kota Batik untuk berdonor darah semakin tinggi. Sebab, warga Pekalongan menganggap berdonor darah merupakan bagian dari ibadah. Sementara bagi yang membutuhkan darah dari PMI Pekalongan tak perlu khawatir dengan kualitas darah. Sebab, setiap darah yang masuk ke PMI harus melalui seleksi atau uji laboratorium. Dari hasil uji tersebut, akan diketahui darah yang mengandung kuman penyakit. Misalnya, penyakit hepatitis, Megalovirus, CDRL, dan lain-lain. Makanya, sebelum melakukan donor darah, masyarakat yang ingin menyumbangkan darahnya terlebih dahulu diperiksa kesehatannya oleh petugas. Setelah darah diambil, juga diperiksa lagi di laboratorium. (dik)
Ali Imron menjelaskan untuk memenuhi target tersebut, pihaknya rutin melakukan kegiatan donor darah massal diberbagai tempat supaya bisa memenuhi target sekitar 30 sampai 35 kantung darah setiap harinya. Dalam minggu ini, kegiatan donor darah massal oleh PMI akan dilakukan diberbagai tempat seperti di Pondok Pesantren Syafi’I Akrom Buaran, SMK Negeri 3, Hypermart serta di Dupan Mall Pekalongan.
Sedangkan Kadinkes Pekalongan dr Dwi Heri Wibawa menilai kesadaran warga Kota Batik untuk berdonor darah semakin tinggi. Sebab, warga Pekalongan menganggap berdonor darah merupakan bagian dari ibadah. Sementara bagi yang membutuhkan darah dari PMI Pekalongan tak perlu khawatir dengan kualitas darah. Sebab, setiap darah yang masuk ke PMI harus melalui seleksi atau uji laboratorium. Dari hasil uji tersebut, akan diketahui darah yang mengandung kuman penyakit. Misalnya, penyakit hepatitis, Megalovirus, CDRL, dan lain-lain. Makanya, sebelum melakukan donor darah, masyarakat yang ingin menyumbangkan darahnya terlebih dahulu diperiksa kesehatannya oleh petugas. Setelah darah diambil, juga diperiksa lagi di laboratorium. (dik)
Andi Rudi Heriyanto
Ingatkan Penguasa dan Pengusaha
Go Green kembali menegaskan sikapnya yang mendukung pembangunan atau modernisasi. Termasuk pembangunan PLTU di Kabupaten Batang. Namun, pembangunan tak boleh menabrak aturan dan merugikan masyarakat. “Kami hanya mencoba mengingatkan Bupati Batang selaku penguasa agar taat aturan, professional dan proporsional dalam mengambil kebijakan. Apalagi, terkait pembangunan PLTU yang berdampak besar. Begitu juga dengan perusahaan asing maupun perusahaan lokal yang tergabung dalam PT Bhimasena selaku pengusaha, agar mengikuti aturan NKRI serta Perda yang ada,“ ungkap Ketua Go Green Batang, Ir Andi Rudy Herianto.
Alumni Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini menjelaskan, Go Green juga sudah melakukan kajian soal rencana proyek PLTU di Kawasan Ujungnegoro atau Desa Karanggeneng. Kesimpulan Go Green, proyek PLTU dilokasi Desa Karanggeneng jelas menabrak berbagai aturan. “Disitu kepentingan bisnis kelistrikan maupun kepentingan politik tak boleh menginjak injak aturan. Kalau argumentasi kami dari Go Green dianggap keliru, tentunya Pemprop Jateng tidak akan membentuk tim pengkaji lokasi PLTU di Kawasan Ujung Negoro,” imbuh Ketua Forum Komunikasi Kesehatan Kelurahan Kauman Batang ini.
Makanya, suami dari Ny Pratiwi Suhargono ini berharap agar Bupati Batang dan PT Bhimasena agar lebih membuka diri dan menyampaikan informasi yang sebenar benarnya kepada warga Ujungnegoro. Termasuk soal regulasi yang harus dipatuhi dan dampak PLTU. Sehingga soal PLTU bisa terang benderang dan bisa disikapi dengan bijaksana oleh semua pihak. (dik)
Go Green kembali menegaskan sikapnya yang mendukung pembangunan atau modernisasi. Termasuk pembangunan PLTU di Kabupaten Batang. Namun, pembangunan tak boleh menabrak aturan dan merugikan masyarakat. “Kami hanya mencoba mengingatkan Bupati Batang selaku penguasa agar taat aturan, professional dan proporsional dalam mengambil kebijakan. Apalagi, terkait pembangunan PLTU yang berdampak besar. Begitu juga dengan perusahaan asing maupun perusahaan lokal yang tergabung dalam PT Bhimasena selaku pengusaha, agar mengikuti aturan NKRI serta Perda yang ada,“ ungkap Ketua Go Green Batang, Ir Andi Rudy Herianto.
Alumni Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini menjelaskan, Go Green juga sudah melakukan kajian soal rencana proyek PLTU di Kawasan Ujungnegoro atau Desa Karanggeneng. Kesimpulan Go Green, proyek PLTU dilokasi Desa Karanggeneng jelas menabrak berbagai aturan. “Disitu kepentingan bisnis kelistrikan maupun kepentingan politik tak boleh menginjak injak aturan. Kalau argumentasi kami dari Go Green dianggap keliru, tentunya Pemprop Jateng tidak akan membentuk tim pengkaji lokasi PLTU di Kawasan Ujung Negoro,” imbuh Ketua Forum Komunikasi Kesehatan Kelurahan Kauman Batang ini.
Makanya, suami dari Ny Pratiwi Suhargono ini berharap agar Bupati Batang dan PT Bhimasena agar lebih membuka diri dan menyampaikan informasi yang sebenar benarnya kepada warga Ujungnegoro. Termasuk soal regulasi yang harus dipatuhi dan dampak PLTU. Sehingga soal PLTU bisa terang benderang dan bisa disikapi dengan bijaksana oleh semua pihak. (dik)
Gelar Popda, Janjikan Bonus
BUKA POPDA – Bupati membuka Popda di GOR M Sarengat. (didik) |
Bupati juga menitipkan kepada panita penyelenggara dan wasit untuk bertindak secara adil dalam penilaian dan fair dalam pertandingan. Para atlit juga harus menjunjung tinggi sportifitas. Sedangkan Kadisdikpora, H Sabinao Suwondo dalam laporanya menjelaskan bahwa kegiatan Popda bertujuan mempererat tali silaturahmi dan membentuk rasa persatuan dan kesatuan melalu olah raga., memberikan pembinaan dan pembibitan kepada atlit dan sebagai ajang aplikasi dan kreatifitas dalam olah raga. “Untuk atlit yang menjadi juara akan mewakilai Kabupaten Batang untuk bertanding di tingkat Karsidenan Pekalongan dan selanjutnya bertanding di jenjang lebih tinggi lagi,” imbuh Sabino. Adapun peserta Popda berasal dari Siswa SD, MI, SMP, MTS, SMA, SMK dan MA se Kabupaten Batang. Adapun cabang olah raga yang di lombakan antara lain cabang olahraga, atletik, bulutangkis, tenis meja, sepak bola, takrow, voly, Bridge, Catur, tekwondo, karate, pencak silat dan renang. (dik)
Dijambret, Ratusan Juta Amblas
PEKALONGAN – Apes dialami Yasir Arafat, pengusaha konfeksi warga Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan itu menjadi korban penjambretan yang dilakukan oleh dua orang tak dikenal yang mengunakan sepeda motor, di jalan pinggiran Kali Setu Jenggot, Kemarin. Akibatnya kejadian ini, uang tunai Rp 70 juta serta 3 lembar cek senilai ratusan juta rupiah milik Yasir Arafat amblas digondol oleh penjambret.
Kapolres Pekalongan Kota AKBP Dhani Hernando mengatakan, berdasarkan keterangan dari korban, pelaku penjambretan menggunakan dua sepeda motor. Dalam aksinya, kedua pelaku awalnya memepet korban yang tengah melintas di jalan dekat kali Setu di sebelah selatan Puskesmas Jenggot. Kemudian salah seorang pelaku memukul korban sedangkan pelaku lainnya berupaya merampask tas milik korban. Polisi cukup kesulitan mengungkap identitas pelaku, karena minimnya saksi yang melihat kejadian. Maklum, lokasi itu memang dikenal sepi. Meskipun demikian polisi masih terus berupaya mengungkap kasus penjambretan ini.
Sementara, sehari sebelumnya, sebuah mobil Suzuki Carry milik Ricky Khuliadin warga Jalan Irian Kelurahan Sapuro, Kecamatan Pekalongan Barat hilang dicuri saat di parkir di halaman rumahnya kemarin petang. Kejadian ini diketahui pertama kali oleh korban pada pagi harinya ketika hendak memanasi mesin mobil. Lalu korban melapor kejadian ini ke polisi. Juru Bicara Kepolisian Polres Pekalongan Kota AKP Purwanto mengatakan, pencurian diduga dilakukan saat korban tengah terlelap tidur. Pencuri masuk ke halaman rumah dengan cara merusak pintu. Purwanto menjelaskan polisi sudah melakukan olah di tempat kejadian perkara dan dari hasil olah TKP, polisi belum menemukan identitas pelaku dan masih berusaha mengusut kasus ini. (dik)
Kapolres Pekalongan Kota AKBP Dhani Hernando mengatakan, berdasarkan keterangan dari korban, pelaku penjambretan menggunakan dua sepeda motor. Dalam aksinya, kedua pelaku awalnya memepet korban yang tengah melintas di jalan dekat kali Setu di sebelah selatan Puskesmas Jenggot. Kemudian salah seorang pelaku memukul korban sedangkan pelaku lainnya berupaya merampask tas milik korban. Polisi cukup kesulitan mengungkap identitas pelaku, karena minimnya saksi yang melihat kejadian. Maklum, lokasi itu memang dikenal sepi. Meskipun demikian polisi masih terus berupaya mengungkap kasus penjambretan ini.
Sementara, sehari sebelumnya, sebuah mobil Suzuki Carry milik Ricky Khuliadin warga Jalan Irian Kelurahan Sapuro, Kecamatan Pekalongan Barat hilang dicuri saat di parkir di halaman rumahnya kemarin petang. Kejadian ini diketahui pertama kali oleh korban pada pagi harinya ketika hendak memanasi mesin mobil. Lalu korban melapor kejadian ini ke polisi. Juru Bicara Kepolisian Polres Pekalongan Kota AKP Purwanto mengatakan, pencurian diduga dilakukan saat korban tengah terlelap tidur. Pencuri masuk ke halaman rumah dengan cara merusak pintu. Purwanto menjelaskan polisi sudah melakukan olah di tempat kejadian perkara dan dari hasil olah TKP, polisi belum menemukan identitas pelaku dan masih berusaha mengusut kasus ini. (dik)
Penderita TBC Melonjak
PEKALONGAN – Jumlah penderita TBC positif di Kota Pekalongan selama tahun 2011 meningkat hingga mencapai 396 orang. Padahal, sebelumnya jumlah penderita TBC selama tahun 2010 hanya 320 orang atau bertambah 76 orang. Dari jumlah tersebut, di tahun 2011 ditemukan 5 penderita TBC yang meninggal dunia, sedangkan tahun 2010 hanya ada seorang penderita yang meninggal dunia dan sebagian besar penderita sudah berusia lanjut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan dokter Dwi Heri Wibawa mengatakan, dari laporan yang diterima Dinas Kesehatan menyebutkan penderita baru TBC rata-rata masih berusia produktif antara 23 hingga 34 tahun. Dokter Hery menjelaskan jumlah daerah penderita terbanyak selama tahun 2011 lalu adalah dari wilayah Kelurahan Kradenan serta Kelurahan Jenggot. “Penyakit TBC bisa menular melalui bakteri atau kuman yang berasal dari percikan air liur dari penderita,” jelas Dokter Heri. Saat ini Dinkes terus melakukan pencegahan dengan memberikan imunisasi BCG pada bayi sehat serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. (dik)
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan dokter Dwi Heri Wibawa mengatakan, dari laporan yang diterima Dinas Kesehatan menyebutkan penderita baru TBC rata-rata masih berusia produktif antara 23 hingga 34 tahun. Dokter Hery menjelaskan jumlah daerah penderita terbanyak selama tahun 2011 lalu adalah dari wilayah Kelurahan Kradenan serta Kelurahan Jenggot. “Penyakit TBC bisa menular melalui bakteri atau kuman yang berasal dari percikan air liur dari penderita,” jelas Dokter Heri. Saat ini Dinkes terus melakukan pencegahan dengan memberikan imunisasi BCG pada bayi sehat serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. (dik)
Emas Turun, Koin Dinar Naik
PEKALONGAN – Ada yang naik, ada pula yang turun. Seiring dengan turunnya harga emas dunia belakangan ini, justru membuat penjualan koin dinar emas di Kota Pekalongan semakin meningkat. Jika sebelumnya investasi koin dinar kurang diminati, namun saat ini banyak warga yang antusias membeli koin negara Arab itu. “Turunnya harga emas memicu penjualan koin dinar. Saat ini penjualan koin dinar meningkat mencapai 200 persen, jika di banding tahun sebelumnya,” jelas Marketing Gerai Dinar Lutfia Hasina kemarin.
Hasina menjelaskan harga koin dinar berada pada kisaran Rp 2,2 juta hingga Rp 2,3 jut. Sebelumnya, harga koin dinar ini sempat mengalami penurunan sebesar 0.49 persen jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Hasina menuturkan faktor – faktor yang mempengaruhi turunnya harga koin dinar diantaranya karena penguatan nilai dolar serta pengaruh beberapa isu yang saat ini berkembang di tanah air seperti rencana kenaikan harga BBM dan TDL. Diperkirakan, jika harga emas terus menurun, maka nilai tukar koin dinar bakal makin menguat. (dik)
Hasina menjelaskan harga koin dinar berada pada kisaran Rp 2,2 juta hingga Rp 2,3 jut. Sebelumnya, harga koin dinar ini sempat mengalami penurunan sebesar 0.49 persen jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Hasina menuturkan faktor – faktor yang mempengaruhi turunnya harga koin dinar diantaranya karena penguatan nilai dolar serta pengaruh beberapa isu yang saat ini berkembang di tanah air seperti rencana kenaikan harga BBM dan TDL. Diperkirakan, jika harga emas terus menurun, maka nilai tukar koin dinar bakal makin menguat. (dik)
Atasi Pemecatan, Bentuk Tim Bersama
PEKALONGAN – Setelah digeruduk ribuan buruh, akhirnya DPRD Kota Pekalongan membentuk tim kecil untuk mengatasi permasalahan PHK terhadap 5 orang karyawan Perusahaan Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) PT.Karya Niaga Mas. Tim kecil itu terdiri dari anggota DPRD Komisi C, Dinsonakertrans, pihak Serikat Pekerja Nasional dan pimpinan perusahaan.
Tim ini akan bekerja hingga akhir bulan Maret ini dan diharapkan bisa memberikan solusi terbaik bagi kedua belah pihak. “Tim dibentuk setelah pihak serikat pekerja membongkar tenda keprihatinan di halaman PT.KNM. Sekarang perusahaan bisa beropeasional kembali,” ucap Ketua DPRD Bowo Leksono, kemarin.
Sementara itu wakil Ketua DPC SPN, Damirin mengungkapkan pihaknya sepakat akan mengakhiri tenda keprihatinan yang digelar di PT KNM selama 8 hari. Namun, jika tim gagal mencarikan solusi, maka para pekerja akan melakukan mogok kerja secara massal. Sebelumnya, selain menggelar aksi ujuk rasa turun kejalan pantura yang melibatkan ribuan pekerja, SPN juga membuat aksi tenda keprihatinan di PT.KNM di Jalan Patimura Gamer Pekalongan Timur. “Sementara kita tunggu kinerja tim kecil yang dibentuk DPRD untuk mengatasi perselisihan hubungan industrial ini,” jelas Damirin. (dik)
Tim ini akan bekerja hingga akhir bulan Maret ini dan diharapkan bisa memberikan solusi terbaik bagi kedua belah pihak. “Tim dibentuk setelah pihak serikat pekerja membongkar tenda keprihatinan di halaman PT.KNM. Sekarang perusahaan bisa beropeasional kembali,” ucap Ketua DPRD Bowo Leksono, kemarin.
Sementara itu wakil Ketua DPC SPN, Damirin mengungkapkan pihaknya sepakat akan mengakhiri tenda keprihatinan yang digelar di PT KNM selama 8 hari. Namun, jika tim gagal mencarikan solusi, maka para pekerja akan melakukan mogok kerja secara massal. Sebelumnya, selain menggelar aksi ujuk rasa turun kejalan pantura yang melibatkan ribuan pekerja, SPN juga membuat aksi tenda keprihatinan di PT.KNM di Jalan Patimura Gamer Pekalongan Timur. “Sementara kita tunggu kinerja tim kecil yang dibentuk DPRD untuk mengatasi perselisihan hubungan industrial ini,” jelas Damirin. (dik)
2 Program Jadi Best Practices
PEKALONGAN - Inovasi pembangunan Pemkot Pekalongan kembali mendapat pengakuan dan penghargaan secara nasional. Kali ini, datang dari APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) yang menempatkan 2 Inovasi pembangunan Kota Pekalongan sebagai bagian dari 9 Inovasi Pembangunan Daerah yang terpiliih sebagai Best Practices APEKSI Tahun 2011.
Dua Inovasi pembangunan tersebut adalah Inovasi Penguatan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal melalui Inisiatif Pengembangan Kampung Wisata Batik Kauman dan Pesindon, dan Inovasi terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan melalui program UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Sembilan Inovasi yang ditetapkan sebagai Best Practices Pembangunan Daerah tersebut berasal 6 Daerah se Indonesia, yaitu Kota Pekalongan, Kota Blitar; Kota Tarakan; Kota Surakarta; Kota Magelang, dan Kota Banda Aceh. Selanjutnya 9 Best Practices telah didokumentasikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia dalam buku 'Best Practices Kota-Kota APEKSI Jilid VII” yang pada Rabu,(7/3) dilaunching dalam sebuah seminar di Kantor Apeksi, Aston Hotel, Taman Rasuna, Jakarta.
“Berbagai inisiatif secara simultan, terpadu dan berkelanjutan kita lakukan untuk mendorong perekonomian lokal berbasis potensi batik. Misalnya, pembangunan telecenter, penataan kawasan, penguatan kelembagaan sadar wisata, dan pengelolaan limbah batik melalui pembangunan IPAL,” urai Basyir Ahmad di hadapan peserta seminar Lounching buku itu.
Tiga daerah, yakni Kota Pekalongan, Banda Aceh dan Surakarta menjadi narasumber. Walikota Pekalongan, dr. H.M. Basyir Ahmad juga membeberkan bahwa inisiatif pengembangan kampung wisata batik merupakan bagian integral dari strategi penguatan ekonomi berbasis potensi lokal, dengan mengoptimalkan pemanfaatan Iptek, teruatama TIK, potensi budayan tradisi batik pekalongan dan mendorong daya dukung dan kelestarian lingkungan. Jadi, kunci best practices di Kota Pekalongan adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam inisiasi program, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Apeksi, DR. Sarimun Hadisaputra dalam paparannya menjelaskan bahwa pemilihan dan penetapan Best Practices Apeksi dilakukan secara bertahap dengan dengan metodologi dan kriteria yang terukur, antara aspek inisiatif dan keunikan, daya keberlanjutan, memberi kontribusi bagi kehidupan masyarakat, telah berjalan minimal 2 tahun, dan yang terakhir transferability atau bisa ditransfer ke daerah lain. “Setelah melakukan survey, penelitian dan verifikasi atas berbagai usulan, tim Apeksi akhirnya memilih 9 Inovasi pembangunan sebagai Best Practices Apeksi 2011. Lalu kita dilaunching secara resmi,” ujar DR. Sarimun.
Sedangkan nara sumber lain, Wakil Walikota Banda Aceh memaparkan best practices terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan di Banda Aceh melalui penyelenggaraan Musyawarah Rencana Aksi Perempuanm yakni pengembangan Musrenbang Berperspektif Gender (dik)
Dua Inovasi pembangunan tersebut adalah Inovasi Penguatan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal melalui Inisiatif Pengembangan Kampung Wisata Batik Kauman dan Pesindon, dan Inovasi terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan melalui program UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Sembilan Inovasi yang ditetapkan sebagai Best Practices Pembangunan Daerah tersebut berasal 6 Daerah se Indonesia, yaitu Kota Pekalongan, Kota Blitar; Kota Tarakan; Kota Surakarta; Kota Magelang, dan Kota Banda Aceh. Selanjutnya 9 Best Practices telah didokumentasikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia dalam buku 'Best Practices Kota-Kota APEKSI Jilid VII” yang pada Rabu,(7/3) dilaunching dalam sebuah seminar di Kantor Apeksi, Aston Hotel, Taman Rasuna, Jakarta.
“Berbagai inisiatif secara simultan, terpadu dan berkelanjutan kita lakukan untuk mendorong perekonomian lokal berbasis potensi batik. Misalnya, pembangunan telecenter, penataan kawasan, penguatan kelembagaan sadar wisata, dan pengelolaan limbah batik melalui pembangunan IPAL,” urai Basyir Ahmad di hadapan peserta seminar Lounching buku itu.
Tiga daerah, yakni Kota Pekalongan, Banda Aceh dan Surakarta menjadi narasumber. Walikota Pekalongan, dr. H.M. Basyir Ahmad juga membeberkan bahwa inisiatif pengembangan kampung wisata batik merupakan bagian integral dari strategi penguatan ekonomi berbasis potensi lokal, dengan mengoptimalkan pemanfaatan Iptek, teruatama TIK, potensi budayan tradisi batik pekalongan dan mendorong daya dukung dan kelestarian lingkungan. Jadi, kunci best practices di Kota Pekalongan adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam inisiasi program, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Apeksi, DR. Sarimun Hadisaputra dalam paparannya menjelaskan bahwa pemilihan dan penetapan Best Practices Apeksi dilakukan secara bertahap dengan dengan metodologi dan kriteria yang terukur, antara aspek inisiatif dan keunikan, daya keberlanjutan, memberi kontribusi bagi kehidupan masyarakat, telah berjalan minimal 2 tahun, dan yang terakhir transferability atau bisa ditransfer ke daerah lain. “Setelah melakukan survey, penelitian dan verifikasi atas berbagai usulan, tim Apeksi akhirnya memilih 9 Inovasi pembangunan sebagai Best Practices Apeksi 2011. Lalu kita dilaunching secara resmi,” ujar DR. Sarimun.
Sedangkan nara sumber lain, Wakil Walikota Banda Aceh memaparkan best practices terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan di Banda Aceh melalui penyelenggaraan Musyawarah Rencana Aksi Perempuanm yakni pengembangan Musrenbang Berperspektif Gender (dik)
Tertipu Calo, Sekeluarga Terlantar
SPONTAN – Jemaah Masjid Kauman spontan iuran untuk diberikan pada Wahyudi sekeluarga agar bisa pulang ke Nganjuk, Jawa Timur. (didik) |
Wahyudi mengaku terlunta-lunta setelah hendak mengantarkan putrinya yang akan bekerja di luar negeri melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Cipta Abadi Subang, Jawa Barat. PJTKI itu membuka cabang di Nganjuk. Sebagai biaya administrasinya, Wahyudi mengaku sudah membayar sebesar Rp 3 juta. “Namun, ketika sampai di sana ternyata kantor PJTKI itu hanya akal-akalan saja.Padahal kami sudah habis-habisan mengumpulkan uang agar anak saya bisa berangkat,” terangnya.
Setelah kehabisan bekal, keluarga itupun terlunta-lunta beberapa hari hingga akhirnya sampai di Kota Pekalongan. Namun rupanya itu bukan akhir dari ‘derita’ mereka. Meski sudah mengantongi surat dari Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) setempat namun keinginan mereka agar bisa pulang ke Nganjuk tak semudah yang dibayangkan. “Saya sudah kesana kemari mencari bantuan dengan surat itu tapi hasilnya nihil. Hingga akhirnya surat pengantar itu saya sobek-sobek saking putus asanya,” ujarnya. Apalagi mereka justru dicurigai sebagai kelompok orang yang berniat menipu dengan menjual ‘kesengsaraan’.
Beruntung, saat melepas lelah di serambi Masjid Jami’ Kauman, sejumlah jamaah yang hendak sholat Shubuh terketuk hatinya. Salah seorang jamaah, Supriyadi SH lalu berinisiatif mengumpulkan uang dari jamaah untuk bekal pulang mereka. “Selain itu saya juga meminta bantuan kepala terminal agar mencarikan bus yang bisa membawa keluarga ini pulang, Alhamdullilah, akhirnya ada bus yang bersedia, ” tutur Supriyadi yang juga Kabag Humas Kota Pekalongan itu.
Terkait maraknya orang-orang yang berpura-pura terlantar untuk mendapatkan belas kasihan dari warga, Supriyadi berharap agar sesama umat berprasangka baik saja. “Jika niat kita baik untuk menolong sesama, Insya Allah akan dicatat sebagai amal baik,” tandasnya lagi. Selain itu ia juga menghimbau kepada warga jika bekerja di luar negeri agar teliti dan berhati-hati dalam memilih PJTKI.
Sementara itu, sejak pemerintah memberlakukan moratorium TKI, hingga saat ini Pemkot Pekalongan sudah mengirim 17 TKI sektor formal ke luar negeri. Sesuai data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi menyebutkan, sejak awal tahun 2012 hingga bulan Maret ini sudah ada 17 orang TKI yang berangkat di luar negeri. Rincianya, 7 orang ke Malaysia, 5 orang ke Thailan serta 5 orang lainya ke Uni Emirat Arab.
Kepala bidang Penempatan Tenaga kerja Dinsosnakertrans Kota Pekalongan Mas Pujantoro mengatakan sejak awal tahun ini pihaknya baru memfasilitasi pembuatan 17 rekom paspor TKI yang seluruhnya adalah perempuan. Sementara untuk jumlah PJTKI selama tahun 2011 masih belum bertambah. Yakni tetep 11 perusahaan dan untuk memantaunya perkembangan PJTKI pihaknya akan melakukan pemanataun tiap tiga bulan sekali.(dik)
Rabu, 11 April 2012
Ratusan Petugas Diterjunkan
PEKALONGAN
– Mengantisipasi praktik pencaloan dalam
pelaksanaan ujian tertulis CPNS pada Minggu (12/12) pagi ini, ratusan petugas
pengawas ruang memperketat pengawasan. Termasuk dengan pengecekan surat undangan mengikuti ujian dan kartu tanda
penduduk (KTP asli).
"Nanti, para pengawas harus mencermati setiap
peserta ujian dan bukti kartu undangan dan KTP asli," ucap Kepala Kantor Kepegawaian Daerah (KKD) Kota
Pekalongan Agust Marhaendayana saat acara Pengarahan Pengawas dan Koordinator
Ujian Tertulis Pengadaan CPNS tahun 2010 di ruang sidang lantai dua setda,
Kemarin.
Jika terdapat perbedaan wajah antara peserta ujian
dan foto pada tanda bukti serta KTP, lanjut dia, pengawas bisa mencocokkan
wajah peserta secara lebih detail.
"Kalau diragukan, bisa dicocokkan wajahnya
dengan foto yang ada di KTP dan bukti undangan ujian," imbuhnya.
Hal ini untuk menghidari kemungkinan terjadinya
praktik percaloan. Apalagi, Walikota sudah berkali kali mengingatkan agar
jangan sampai ada PNS terlibat percaloan. Pelaksanaan ujian seleksi ini diawasi
272 pengawas ruang. Mereka terdiri dari para
guru sekolah yang ditempati,
pengawas dari Pemkot Pekalongan dan pengawas dari pemprop Jateng. Mereka
bertugas mengawasi pelaksanaan ujian CPNS di 136 ruang yang tersebar di 9
sekolahan. Tiap ruangan sedikitnya ada 2 petugas. Adapun lokasi tes di SMKN 1, SMKN 2, SMP 8 dan SMK Gatra
Praja yang tergabung dalam blok A. Selain itu juga SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMAN
3 dan SMP Pius yang tergabung dalam blok B.
Sementara
jumlah peserta CPNS sebanyak 2.640 peserta. Sebenarnya, terdapat 2.948 berkas yang diterima KKD Kota pekalongan. Namun,
yang memenuhi syarat hanya 2.640. Sedangkan 308 berkas tak memenuhi syarat.
“Bagi peserta yang terlambat datang 15 menit saja,
dianggap gugur. Peserta harus masuk ruangan pukul 07.30, untuk mendapat
penjelasan tata tertib tes. Lalu mulai mengerjakan pukul 08.00,” beber
Agust.
Mengingat waktu
ujian berlangsung hingga jam 14.00, di masing-masing sekolah juga sudah disiapkan satu tenaga medis. Bahkan untuk
setiap blok juga disiapkan seorang dokter, perawat dan satu unit mobil
ambulans.(dik)
20 Tahun Lagi, Pekalongan Tenggelam
PEKALONGAN
– Diprediksi, sebagian besar wilayah Kota Pekalongan bakal tenggelam oleh air
rob dalam 20 tahun kedepan. Fenomena
ini bisa terjadi jika tak ada penanganan serius dari Pemkot dan warga Kota
Batik. Sebaba, ketinggian air rob terus bertambah setiap tahunnya.
“Jika masalah rob tidak segera ditangani,
diprediksi dalam tempo 20 tahun ke depan, sebagian wilayah Kota Pekalongan akan terendam rob.
Sebab, dari pengamatan sejak tahun 2002 hingga sekarang perkembangan rob
semakin tinggi,” terang pakar rob Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Profesor Doktor Slamet Imam Wahyudi disela penandatanganan MoU antara Pemkot
Pekalongan dan Unisula terkait penanganan rob di ruang sidang atas Pemkot,
kemarin.
Saat ini saja,
ada ratusan lahan pertanian dan areal tambak
yang mubadzir karena rob. Bahkan, di wilayah Pekalongan Utara sudah
menjadi langganan rob. Selain itu, ketinggian
rob terus bertambah. Sehingga banyak
fasilitas publik seperti sekolahan dan kantor penerintahan yang kerap terendam
rob.
Prof Slamet Imam Wahyudi menyampaikan bahwa untuk
mengatasi masalah rob di Kota Pekalongan perlu membangunan sub system drainase
dan tiap-tiap system drainase di bangun wilayah yang dekat pantai. “Termasuk
dalam pemeriharaanya melibat dua pemerintahan, Pemkot dan Pemkab Pekalongan,” tutur Prof Slamet.
Setidaknya,
Pemkot perlu membangun 5 polder untuk mengatasi rob di wilayah Pekalongan.
Selain itu, pemerintah perlu melakukan perbaikan jaringan drainase,
membuat penampungan air rob serta membuat pompa untuk memompakan air
laut.
Memang, Pemkot
Pekalongan menggandeng Unisula Semarang untuk mengatasi masalah rob yang selama
ini merepotkan warga Kota Batik. Sebagai
langkah awal, Walkot Pekalongan dr HM Basyir Ahmad menekan Memori Of
Understanding (MoU) dengan Universitas Sultan Agung (Unisula) Semarang. Acara
itu juga disaksikan rombongan dari City Mohamed Bin Abdullah University, Fest,
Maroko, di ruang sidang atas, kemarin.
“Saya
mengharapkan adanya masukan dari para pakar,
yang bisa segera dipraktekan
untuk bisa mengurangi dampak rob,” terang Walkot.
Selain itu,
Walkot juga meminta dibuat MoU dengan Unisula tentang pengembangan Kota
Pekalongan. Sedangkan Wakil Rektor Unisula, DR Widianto mengucapkan kerjasama
ini pada prinsipnya bukan merupakan kepentingan Pemkot Pekalongan saja. Namun
juga demi pengembangan Unisula dan implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi. Sedangkan dengan para tamu dari Maroko,
dr Basyir mengharapkan bisa dijalin
kerjasama perdagangan terutama dalam hal batik dan tekstil.
“Produksi batik
Kota Pekalongan itu sudah 60 persen dari total batik di Indonesia. Bisa
dikatakan Pekalongan merupakan pusatnya batik Indonesia,” tukas Basyir. (dik)
Berita Foto
Mobil plat merah G 9574 AA dan G 9565 BA digunakan untuk mengangkut rombongan salah satu Parpol menuju Sendangsari Batang......
Selasa, 10 April 2012
Diperbudak Sahwat, Masuk Penjara
PEKALONGAN – Gara gara tak kuat menahan nafsu sahwat, Bambang Sunaryo 25 warga Paweden, Kecamatan Buaran itu harus berurusan dengan polisi. Sebab, Bambang nekat menggelapkan sepeda motor milik rekannya demi melampiaskan nafsu bejadnya pada perlacur. Tak pelak, sang teman melapor polisi. Akibatnya Bambang harus meringkuk di sel Mapolser Pekalongan. “Motor itu saya jual Rp 800 ribu. Uangnya untuk main pelacur dan mabuk,” aku Bambang di depan polisi.
Menurut Kasat Reskrim Polres Pekalongan Kota AKP Windoyo, setelah mendapat laporan dari korban,yaitu Muslih warga Kelurahan Pringlangu, polisi langsung memburu Bambang dan menangkap Bambang di rumahnya.
“Bambang berpura-pura akan mencarikan pembeli sepeda motor milik Muslimin. Tapi, ternyata malah dibawa kabur,” tukas Windoyo.
Ketika itu, Muslimin sempatdiajak Bambang berkeliling menggunakan motor tersebut untuk menemui calon pembeli. Tapi, setelah keliling Kota Pekalongan cukup lama, Muslimin diajak istirahat. Saat korban lenggah, Bambang kabur membawa motor itu. Lalu Bambang menggadaikan motor itu Rp 800 ribu. Ketika ditangkap polisi, uang sebesar itu sudah ludes untuk mein pelacur dan mabuk mabukan.
Terungkap, Bambang nekat melakukan kejahatan itu karena kebelet main pelacur. Selain menangkap Bambang, polisi juga l mengamankan sepeda motor GL Pro yang sudah dipreteli sebagai barang bukti.
“Dia bisa dijerat pasal 372 KHUP dengan ancaman maksimal 4 tahun penjara,” imbuh Windoyo. (dik)
Menurut Kasat Reskrim Polres Pekalongan Kota AKP Windoyo, setelah mendapat laporan dari korban,yaitu Muslih warga Kelurahan Pringlangu, polisi langsung memburu Bambang dan menangkap Bambang di rumahnya.
“Bambang berpura-pura akan mencarikan pembeli sepeda motor milik Muslimin. Tapi, ternyata malah dibawa kabur,” tukas Windoyo.
Ketika itu, Muslimin sempatdiajak Bambang berkeliling menggunakan motor tersebut untuk menemui calon pembeli. Tapi, setelah keliling Kota Pekalongan cukup lama, Muslimin diajak istirahat. Saat korban lenggah, Bambang kabur membawa motor itu. Lalu Bambang menggadaikan motor itu Rp 800 ribu. Ketika ditangkap polisi, uang sebesar itu sudah ludes untuk mein pelacur dan mabuk mabukan.
Terungkap, Bambang nekat melakukan kejahatan itu karena kebelet main pelacur. Selain menangkap Bambang, polisi juga l mengamankan sepeda motor GL Pro yang sudah dipreteli sebagai barang bukti.
“Dia bisa dijerat pasal 372 KHUP dengan ancaman maksimal 4 tahun penjara,” imbuh Windoyo. (dik)
DERITA CALON TKW "PENAMPUNGAN SERASA DI PENJARA"
Berharap ingin merubah nasib ekonomi keluarganya dengan menjadi tenaga kerja wanita ke luar negeri, namun malang sudah di alaminya sedari penampungan. Jumiati (23) warga Dukuh Sikidang RT.03 RW.01 Desa Pucanggading Kecamatan Bandar kabupaten Batang, telah merasakan pahitnya hidup di penampungan sambil menunggu giliran pemberangkatan ke tempat tujuan.
Menurutnya, saat dipenampungan PT. Tegar Sukses Abadi yang beralamat di daerah Pedurungan Semarang ini, dirinya mengalami tekanan bhatin yang luar biasa. Karena dalam penampungan milih H. Abdulah ini, semua calon TKW di kurung bak di dalam penjara di lantai 3 dan lantai 4 saja, serta tidak boleh beraktifitas di luar penampungan.
"Sejak masuk ke penampungan saya sudah mengalami sakit. tapi pihak PT melarang saya ataupun teman saya untuk membeli obat di luar penampungan", katanya, sambil meneteskan airmata mengingat peristiwa pilu yang dialaminya.
Sakit yang di derita ibu satu anak ini, di mulai dari menurunnya nafsu makan, karena makanan yang di suguhkan oleh pihak PT, sangat jauh dari kata layak.
"Selama 18 hari di penampungan, setiap hari saya dan teman-teman hanya makan nasi putih, dan di beri kuah rebusan tempe", katanya.
Ketika sakit, dirinya sering mengalami pingsan mendadak saat berdiri dan dirinya mengalami benturan-benturan di lantai penampungan, sehingga, sakit yang di deritanya kini mengalami puncaknya.
“Saat ini, kaki saya masih terasa lemas dan sering mengalami pusing kepala mendadak”, imbuhnya.
Tebus 5,5 juta
Kabar pulangnya Jumiati di tengah-tengah keluarga, membuat suasana haru bagi sahabat dan sanak keluarga. Namun, kepulangan Jumiati tak semulus yang dibayangkan. Pihak keluarga harus menggadaikan sepeda motornya untuk menebus Jumiati dari penampungan sebesar 5,5 juta rupiah.
“Harga itupun, setelah adanya tawar menawar, karena pihak PT minta tebusan senilai 9 juta. Pihak PT beralasan, nominal tersebut untuk mengganti kebutuhan Jumiati saat masih berada di penampungan dan pengurusan passport”, papar suami Jumiati yang enggan di korankan namanya.
Jumiati menambahkan, beberapa rekannya yang sudah keluar dari penampungan, juga mengalami hal serupa dengan dirinya, dengan menebus hingga 15 juta rupiah, karena tergantung masa tunggu di penampungan.
“Teman saya dari Kendal dan Pati juga menebus hingga 15 juta karena mereka sudah lama tinggal di penampungan”, jelasnya.
Di katakan Jumiati, masih ada 60 calon TKW dari berbagai wilayah, seperti Kendal, pati, Batang Pemalang dan Cilacap yang saat ini mengalami hal serupa dengan dirinya di dalam penampungan. Bahkan, beberapa hari yang lalu, Jumiati dan rekanya berencana untuk melarikan diri dengan cara menyambung kain sarung mereka, namun keburu ketahuan sang penjaga penampungan.
“Waktu itu kami sudah berencana melarikan diri namun usaha ini gagal, karena sudah ketahuan”, keluhnya.
Dirinya dan keluarga berharap, pemerintah bisa melakukan tindakan kepada PJTKI yang dianggapnya “Nakal” ini, sehingga, nasib rekan-rekannya yang masih dalam penampungan bisa terselamatkan. (Trie)
Menurutnya, saat dipenampungan PT. Tegar Sukses Abadi yang beralamat di daerah Pedurungan Semarang ini, dirinya mengalami tekanan bhatin yang luar biasa. Karena dalam penampungan milih H. Abdulah ini, semua calon TKW di kurung bak di dalam penjara di lantai 3 dan lantai 4 saja, serta tidak boleh beraktifitas di luar penampungan.
"Sejak masuk ke penampungan saya sudah mengalami sakit. tapi pihak PT melarang saya ataupun teman saya untuk membeli obat di luar penampungan", katanya, sambil meneteskan airmata mengingat peristiwa pilu yang dialaminya.
Sakit yang di derita ibu satu anak ini, di mulai dari menurunnya nafsu makan, karena makanan yang di suguhkan oleh pihak PT, sangat jauh dari kata layak.
"Selama 18 hari di penampungan, setiap hari saya dan teman-teman hanya makan nasi putih, dan di beri kuah rebusan tempe", katanya.
Ketika sakit, dirinya sering mengalami pingsan mendadak saat berdiri dan dirinya mengalami benturan-benturan di lantai penampungan, sehingga, sakit yang di deritanya kini mengalami puncaknya.
“Saat ini, kaki saya masih terasa lemas dan sering mengalami pusing kepala mendadak”, imbuhnya.
Tebus 5,5 juta
Kabar pulangnya Jumiati di tengah-tengah keluarga, membuat suasana haru bagi sahabat dan sanak keluarga. Namun, kepulangan Jumiati tak semulus yang dibayangkan. Pihak keluarga harus menggadaikan sepeda motornya untuk menebus Jumiati dari penampungan sebesar 5,5 juta rupiah.
“Harga itupun, setelah adanya tawar menawar, karena pihak PT minta tebusan senilai 9 juta. Pihak PT beralasan, nominal tersebut untuk mengganti kebutuhan Jumiati saat masih berada di penampungan dan pengurusan passport”, papar suami Jumiati yang enggan di korankan namanya.
Jumiati menambahkan, beberapa rekannya yang sudah keluar dari penampungan, juga mengalami hal serupa dengan dirinya, dengan menebus hingga 15 juta rupiah, karena tergantung masa tunggu di penampungan.
“Teman saya dari Kendal dan Pati juga menebus hingga 15 juta karena mereka sudah lama tinggal di penampungan”, jelasnya.
Di katakan Jumiati, masih ada 60 calon TKW dari berbagai wilayah, seperti Kendal, pati, Batang Pemalang dan Cilacap yang saat ini mengalami hal serupa dengan dirinya di dalam penampungan. Bahkan, beberapa hari yang lalu, Jumiati dan rekanya berencana untuk melarikan diri dengan cara menyambung kain sarung mereka, namun keburu ketahuan sang penjaga penampungan.
“Waktu itu kami sudah berencana melarikan diri namun usaha ini gagal, karena sudah ketahuan”, keluhnya.
Dirinya dan keluarga berharap, pemerintah bisa melakukan tindakan kepada PJTKI yang dianggapnya “Nakal” ini, sehingga, nasib rekan-rekannya yang masih dalam penampungan bisa terselamatkan. (Trie)
Desak Tutup Kafe Karaoke
Desak Tutup Kafe Karaoke Ujuk Rasa gruduk DPRD |
BATANG – Ratusan warga Desa Kutosari Kecamatan Gringsing tetap menolak keberadaan Kafe Panda Family Karaoke dan Resto di lingkungan mereka. Sebab, diduga Kafe milik Sabar, anggota DPRD Kabupaten Kendal itu digunakan untuk ajang maksiat dan meresahkan warga. “Kami minta DPRD bisa menindaklanjuti keinginan warga ini. Penutupan Kafe itu harga mati,” tegas Ketua Nahdlatul Ulama Ranting Kutosari, Nur Rofik ketika berdialog dengan unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Batang di ruang Ketua DPRD, Kamis (224/3) siang.
Dalam pertemuan itu, hadir para tokoh masyarakat, ulama dan tokoh pemuda Desa Kutosari menyampaikan penolakan atas operasional Kafe Panda Family Karaoke di pinggir jalur Pantura Rt 2 Rw 6 Desa Kutosari. Alasan perwakilan warga, kafe itu menjadi ajang maksiat seperti mabuk mabukan, sering terjadi keributan dan diduga ada praktik prostitusi terselubung. Padahal, lokasi kafe persis berhadapan dengan SMPN 1 Gringsing. Disekitar lokasi kafe juga terdapat PAUD, Tempat Penitipan Anak Indria dan SDN 1 Kutosari. Sehingga berpengaruh negatif pada para siswa. Ditambah lagi, jarak Kafe cukup dekat dengan Masjid Jami Al Huda Kutosari. Perwakilan warga, H Slamet yang juga Ketua IPNU menyebut seluruh ormas serta takmir masjid menolak keberadan Kafe itu. “Warga yang semula menyetujui keberadaan kafe juga sudah mencabut persetujuanya,” imbuh H Slamet.
Sedangkan Ketua DPRD Purwanto menyatakan akan segera berkordinasi dengan instansi terkait untuk mencarikan solusi persoalan ini. “Segera kita bicarakan dengan komisi A dankomisi B serta dinas instansi terkait. Sebab, kami belum menerima surat pemberitahuan maupun laporan terkait Kafe tersebut,” ucap Purwanto. Bahkan, Purwanto langsung menelephon Assisten III Drs Nasikhin terkait keberadaan kafe itu.
Sebelum datang ke DPRD Batang, perwakilan warga juga sudah menyambangi Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (KPMPPT). Mereka sempat ditemui Assisten III Drs H Nasikhin. “Sore ini, kita akan cek ke lokasi dan akan bernegosiasi dengan pemilik Kafe. Nanti untuk sementara kita minta agar Kafe ditutup dahulu,” kata Drs Nasikhin. Sedangkan Kepala KPMPPT Sri Purwaningsih SH tak bisa menemui perwakilan warga karena sedang sakit.
Sekretaris Takmir Masjid Jami Al Huda, Khoirun juga menyampaikan tuntutan agar Kafe itu ditutup kepada Kades Kutosari Waluyo, Camat Gringsing Drs Supriyono serta Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu. Sementara itu, semula Kafe tersebut bisa beroperasi karena sudah mengantongi ijin dari KPMPPT.
Sedangkan Kasi Perizinan pada KPMPPT Budi Setyaningsih mengakui izin operasi Panda Family Kafe and Resto sudah terbit sejak 9 Desember 2010. Izin sudah diterbitkan karenat prosedur permohonan sudah lengkap. “Prosedur awal, setelah diteliti dan dicek ke lapangan oleh tim sudah memenuhi syarat. Karena sudah ada persetujuan dari warga yang tinggal di sekitarnya, juga diketahui oleh Kades dan Camat Gringsing," terangnya.
Dia mengungkapkan, tidak menutup kemungkinan izin itu akan dikaji ulang. Karena dalam surat izin terdapat klausul yang memungkinkan hal itu terjadi. ’’Memang tertera ketentuan yang harus dipatuhi. Bila tidak memenuhi akan ditinjau lagi. ," tukasnya. (dik)
Bronjong Jebol, Ratusan Hektar Sawah Tergenang
MUSIBAH – Kasdim Batang mengecek lokasi musibah banjir bandang di Wonotunggal. (didik) |
Amat Romli menyebut, malam itu Sungai Kupang meluap. Sehingga bangunan penyangga pipa air bersih roboh. Begitu juga Plengseng tebing penyangga jembatan air bersih itu. Paling parah lagi, bronjong penahan sepanjang 200 an meter hancur terbawa arus sunagai. Begitu juga bangunan mercu bendung Saluran Sekung yang terhanyut terbawa air bah. Padahal, bangunan mercu sepanjang 100 meter itu baru rampung dibuat pada September 2010 lalu. Bangunan senilai Rp 235 juta itu lenyap terbawa banjir. “Kejadian ini segera kami laporkan Bupati siang ini,” imbuh Camat Wonotunggal Rahmat NF.
Bronjong penahan saluran irigasi Kramat itu selama ini mampu menahan saluran dari longsoran. Sekaligus berfungsi mengairi ratusan hektar persawahan. Akibat hancurnya bronjong, kerugian ditaksir Rp 25 juta. Sedangkan jembatan penyangga pipa air bersih itu sangat fital bagi masyarakat Desa Kedungmalang karena menjadi sumber air bersih untuk 60 persen warga. Dulu, bangunan itu dibuat lewat dana PPIP tahun 2008 senilai Rp 250 juta. Akibat hancurnya jembatan penyangga itu, saat ini sebagian warga terancam kekurangan air bersih. Sedangkan plengseng penyangga jembatan merupakan bangunan baru yang baru dirampungkan Agustus 2010 senilai Rp 26,3 juta.
Sementara, Kasdim Batang Mayor ARM Sugiharto bersama Danramil Wonotunggal Letda Inf Abdul Mutholib serta sejumlah anggotanya terjun langsung ke lokasi untuk melihat kondisi. “Kalau Pemkab sudah menyiapkan materialnya yang dibutuhkan, kami dari TNI siap membantu melakukan perbaikan fasilitas yang hancur,” kata Kasdim Sugiharto sambil melihat sisa bronjong yang hancur.
Saat ini, aliran Sungai Kupang sangat keruh dan cokelat. Warga diminta waspada, terutama para penambang pasir, sebab air bah bisa kembali datang jika daerah atas hujan deras. Senada, Kepala Kesbangtiblinmas Drs Murdiono mengaku sedang mendata jumlah kerugian. “Nanti kita laporkan ke Propinsi Jateng untuk penanganan selanjutnya,” imbuh Murdiono.
Disisi lain, musibah banjir bandang itu juga membawa keuntungan bagi sebagian warga. Sebab, warga menemukan kayu-kayu hutan yang terhayut air sungai Kupang. Puluhan warga pada Minggu siang masih memotong kayu-kayu yang melintang di tengah sungai.” Jika dijual, harganya lumayan tinggi,” kata Bardi, warga setempat. Selain itu, dipinggiran sungai juga banyak kiriman pasir yang terhanyut dari daerah atas. Puluhan warga tampak semangat mengumpulkan pasir sungai untuk dijual. (dik)
Nelayan Panen Kerang, Pemulung Panen Rongsokan
Laut memang tak pernah memusuhi kaum nelayan. Dibalik cuaca buruk gelombang tinggi membadai, warga kampung nelayan di pesisir Batang tetap bisa menikmati limpahan rejeki dari dasar laut Jawa. Seperti apa ?
Laporan : Didik Teguh R, Batang
Cuaca buruk dan gelombang tinggi belakangan ini, memang membuat para nelayan pesisir Batang terpaksa harus menyandarkan kapal-kapal mereka di muara sungai Sambong, persisnya di TPI Klidang Lor. Namun, tak semua nelayan menganggur. Sebagian tetap bekerja memperbaiki kapal dan peralatan melaut. Ada juga yang sementara alih profesi jadi buruh serabutan. Tapi, banyak juga yang tetap ke laut. Bukan mencari ikan, tapi berburu kerang di pesisir, kepiting di rawa maupun barang barang bekas.
Seperti yang tampak di pesisir Pantai Sigandu sepekan terakhir ini. Nyaris tiap hari ratusan warga nelayan berburu kerang. Enaknya, mereka tinggal memunguti jutaan kerang-kerang yang terbawa ombak ke pesisir. Saking banyaknya kerang yang terbawa ombak, ada juga warga yang membawa mobil pik up untuk mengangkut kerang-kerang itu.
Kebanyakan warga berbekal karung dan kantong plastik besar. Usai shubuh, mereka berlomba ke pesisir Pantai Sigandu berombongan. Banyak juga yang mengajak anak istrinya. Mereka tinggal menyusuri pesisir pantai untuk memunguti kerang-kerang yang terbawa ombak. Lokasi paling diminati dekat pier penahan gelombang. Sebab, disitu terdapat banyak kerang kerang besar.
“Sudah tiga hari ini saya nyari kerang Mas. Lumayan sih. Sebagian bisa dijual, sisanya buat lauk sekeluarga,” ujar Suripno, 45 nelayan Klidang Lor.
Tiap kilogram kerang, bisa laku Rp 5 sampai Rp 7 ribu. Kalau sudah dikupas, harganya bisa Rp 12 ribu per kilogram. Para nelayan yang datang pagi buta mencari kerang, hingga pukul 09.00, bisa mendapat sekarung kerang yang beratnya 25 sampai 40 an kilo. Namun, tentu saja ada yang beruntung mendapat banyak, ada pula yang sekedar cukup untuk lauk sekeluarga. Yang jelas, meski bersaing berebut mencari kerang, mereka tetap ceria dan damai. Namun, bagi kalangan nelayan, tidak bisa tiap hari mencari kerang. Sebab, kerang hanya muncul pada musim tertentu. Misalnya ketika gelombang tinggi pekan ini. Setidaknya, kemunculan kerang kerang itu bisa menyelamatkan dapur nelayan.
Sedangkan Slamet, 51 warga Denarsi Wetan lebih suka mencari kepiting dirawa-rawa. Mirip dengan kerang, kepiting juga banyak bermunculan ditengah cuaca buruk. Jika beruntung, dalam sehari Slamet bisa mengumpulkan minimal 2 kilogram kepiting.
“Saya jual ke warga perumahan, perkilogram Rp 40 sampai Rp 50 ribu. Lumayan, sepekan ini banyak kepiting dirawa. Tapi tak setiap hari begini, kadang tiga hari Cuma dapat sekilo saja,” beber Slamet.
Beda lagi dengan Dasmojo, 50 warga Depok Tulis yang rela berjalan kaki ke Sigandu sejauh sekitar 7 kilometer. “Kalau saya tidak mencari kerang Mas. Saya lebih suka mencari barang rongsokan. Kerang hanya tambahan. Syukur syukur nemu perhiasan,“ tutur Dasmojo sembari membalik balikan tumpukan sampah di dekat tembok pier.
Pria yang sehari hari jadi pemulung itu mengaku pernah menemukan 2 buah kalung. Sayang, perhiasan yang dikira emas itu ternyata terbuat dari tembaga. “Tapi lumayan lah, yang penting laku,” ujar sembari memamerkan sekarung barang rongsokanya. Selain Dasmojo, banyak juga pemulung yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berburu barang rongsokan.
Memang, gelombang tinggi membawa kerang bercampur sampah sampah dari laut ke pesisir. Akibatnya, sepanjang pesisir Sigandu tampak kotor sekali. Banyak barang barang bekas dan rongsokan. Para pencari kerang harus tekun membolak balikan sampah untuk memunguti kerang-kerang. Tentunya kehadiran para pencari rongsokan itu cukup membantu mengurangi sampah sampah di OW Sigandu. Begitu juga para ibu nelayan yang mengumpulkan kayu-kayu, ranting pepohonan untuk kayu bakar. Cukup banyak juga. Lumayan ketimbang harus membeli kayu bakar. Setidaknya, dibalik tumpukan sampah itu ada rejeki untuk mereka yang mau bekerja keras. (****)
Laporan : Didik Teguh R, Batang
Cuaca buruk dan gelombang tinggi belakangan ini, memang membuat para nelayan pesisir Batang terpaksa harus menyandarkan kapal-kapal mereka di muara sungai Sambong, persisnya di TPI Klidang Lor. Namun, tak semua nelayan menganggur. Sebagian tetap bekerja memperbaiki kapal dan peralatan melaut. Ada juga yang sementara alih profesi jadi buruh serabutan. Tapi, banyak juga yang tetap ke laut. Bukan mencari ikan, tapi berburu kerang di pesisir, kepiting di rawa maupun barang barang bekas.
Seperti yang tampak di pesisir Pantai Sigandu sepekan terakhir ini. Nyaris tiap hari ratusan warga nelayan berburu kerang. Enaknya, mereka tinggal memunguti jutaan kerang-kerang yang terbawa ombak ke pesisir. Saking banyaknya kerang yang terbawa ombak, ada juga warga yang membawa mobil pik up untuk mengangkut kerang-kerang itu.
Kebanyakan warga berbekal karung dan kantong plastik besar. Usai shubuh, mereka berlomba ke pesisir Pantai Sigandu berombongan. Banyak juga yang mengajak anak istrinya. Mereka tinggal menyusuri pesisir pantai untuk memunguti kerang-kerang yang terbawa ombak. Lokasi paling diminati dekat pier penahan gelombang. Sebab, disitu terdapat banyak kerang kerang besar.
“Sudah tiga hari ini saya nyari kerang Mas. Lumayan sih. Sebagian bisa dijual, sisanya buat lauk sekeluarga,” ujar Suripno, 45 nelayan Klidang Lor.
Tiap kilogram kerang, bisa laku Rp 5 sampai Rp 7 ribu. Kalau sudah dikupas, harganya bisa Rp 12 ribu per kilogram. Para nelayan yang datang pagi buta mencari kerang, hingga pukul 09.00, bisa mendapat sekarung kerang yang beratnya 25 sampai 40 an kilo. Namun, tentu saja ada yang beruntung mendapat banyak, ada pula yang sekedar cukup untuk lauk sekeluarga. Yang jelas, meski bersaing berebut mencari kerang, mereka tetap ceria dan damai. Namun, bagi kalangan nelayan, tidak bisa tiap hari mencari kerang. Sebab, kerang hanya muncul pada musim tertentu. Misalnya ketika gelombang tinggi pekan ini. Setidaknya, kemunculan kerang kerang itu bisa menyelamatkan dapur nelayan.
Sedangkan Slamet, 51 warga Denarsi Wetan lebih suka mencari kepiting dirawa-rawa. Mirip dengan kerang, kepiting juga banyak bermunculan ditengah cuaca buruk. Jika beruntung, dalam sehari Slamet bisa mengumpulkan minimal 2 kilogram kepiting.
“Saya jual ke warga perumahan, perkilogram Rp 40 sampai Rp 50 ribu. Lumayan, sepekan ini banyak kepiting dirawa. Tapi tak setiap hari begini, kadang tiga hari Cuma dapat sekilo saja,” beber Slamet.
Beda lagi dengan Dasmojo, 50 warga Depok Tulis yang rela berjalan kaki ke Sigandu sejauh sekitar 7 kilometer. “Kalau saya tidak mencari kerang Mas. Saya lebih suka mencari barang rongsokan. Kerang hanya tambahan. Syukur syukur nemu perhiasan,“ tutur Dasmojo sembari membalik balikan tumpukan sampah di dekat tembok pier.
Pria yang sehari hari jadi pemulung itu mengaku pernah menemukan 2 buah kalung. Sayang, perhiasan yang dikira emas itu ternyata terbuat dari tembaga. “Tapi lumayan lah, yang penting laku,” ujar sembari memamerkan sekarung barang rongsokanya. Selain Dasmojo, banyak juga pemulung yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berburu barang rongsokan.
Memang, gelombang tinggi membawa kerang bercampur sampah sampah dari laut ke pesisir. Akibatnya, sepanjang pesisir Sigandu tampak kotor sekali. Banyak barang barang bekas dan rongsokan. Para pencari kerang harus tekun membolak balikan sampah untuk memunguti kerang-kerang. Tentunya kehadiran para pencari rongsokan itu cukup membantu mengurangi sampah sampah di OW Sigandu. Begitu juga para ibu nelayan yang mengumpulkan kayu-kayu, ranting pepohonan untuk kayu bakar. Cukup banyak juga. Lumayan ketimbang harus membeli kayu bakar. Setidaknya, dibalik tumpukan sampah itu ada rejeki untuk mereka yang mau bekerja keras. (****)
Pemasukan Kawasan Maksiat Lebihi PAD
· Sedot Anggaran, Tak Ada Pemasukan
BATANG – Ternyata pendapatan para PSK Se Kabupaten Batang nyaris setara dengan PAD Kabupaten Batang. Dalam setahun, pendapatan para PSK dari berbagai Kawasan Industri Maksiat alias KIMAK mencapai Rp 50 an Miliar. Angka itu lebih tinggi ketimbang PAD Kabupaten Batang tahun 2010 yang hanya sebesar Rp 44,5 M. Bahkan untuk tahun 2011, PAD Batang hanya ditarget Rp 48,9 M. Angka itu pun masih tetap kalah ketimbang pendapatan ratusan PSK Se Kabupaten Batang.
“Kami sudah lakukan survey. Kita sebut, Kawasan Industri Maksiat alias KIMAK. Asumsinya, ada sekitar 600 an PSK yang praktik di puluhan kawasan industri maksiat Se Kabupaten Batang. Tiap hari, rata-rata pendapatan PSK Rp 300 ribu. Sebab, minimal tiap PSK dalam sehari melayani 2 pelanggan. Maksimal sampai 7 pelanggan sehari. Ditambah keuntungan dari sewa kamar, warung warung, penjualan minuman keras, rokok, karaoke dan usaha lainya yang dikelola para mucikari, totalnya bisa lebih dari Rp 50 M setahun,” beber Kabag Hukum Bambang Supriyanto ketika rapat kerja dengan Komisi A DPRD Batang di ruang Komisi A, kemarin.
Sayangnya, dari asumsi pemasukan sebesar sekitar Rp 50 Miliar setahun itu, tak ada sepeserpun kontribusi untuk daerah baik lewat retribusi maupun pajak. Justru yang mendapat pemasukan dari bisnis haram itu adalah oknum-oknum keamanan. Sedangkan bagi Kabupaten Batang, justru menimbulkan berbagai persoalan sosial dan kesehatan. Sebab, jumlah penderita HIV/AIDS di Batang paling tinggi di jalur Pantura serta konflik dengan warga sekitar, persoalan rumah tangga dan de moralisasi.
Ironisnya, meski keberadaan PSK maupun lokalisasi secara resmi dianggap tidak ada, kenyataanya keberadaan puluhan lokalisasi itu juga menyedot keuangan daerah dan ditangani instansi resmi. Lihat saja, setiap tahun Pemkab Batang harus mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk penanggulangan HIV/AIDS di kompleks lokalisasi lewat Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial maupun Komisi Penanggulangan Aids. Juga pembinaan PSK lewat Bagian Sosial, razia PSK lewat Satpol PP dan pengeluaran lainya. Belum lagi razia razia maupun pembinaan dari Polres Batang yang jelas membutuhkan dana.
“Artinya, Pemkab harus terus menerus nombok untuk para PSK, tapi ndak mendapat apapun dari PSK. Ini dari sisi ekonomi saja. Lepas dari urusan agama maupun norma sosial ,” imbuh Bambang.
Sementara Ketua Komisi A Yuswanto BA meminta agar jumlah kompleks lokalisasi dikurangi. Yang memungkinkan adalah kompleks lokalisasi Njentolsari di pinggir Alas Roban agar ditutup saja.
“Kawasan Njetolsari sebaiknya hanya untuk berdagang warung kaki lima. Tapi jangan untuk praktik prostitusi lagi,” kata Yuswanto. Sebab, kawasan Njetolsari semakin marak, bahkan ada beberapa losmen atau hotel yang membuka praktik prostitusi juga. Komisi A juga meminta Pemkab merevisi Perda tentang prostitusi dan Miras.
Sementara Kasatpol PP Wahyu Budi Santoso juga mengakui, banyaknya lokalisasi di Kabupaten Batang. Bahkan, sejumlah tempat seperti pangkalan truk seperti penundan dan Banyuputih juga warung pinggir hutan jadi pun berubah menjadi praktek lokalisasi.
“Secara resmi, memang tak ada lokalisasi. Tapi kenyataanya semua orang sudah tahu. Namun, kita akan berusaha mengurangi jumlah PSK yang ada dengan rehabilitasi,” imbuh Kasatpol PP. Pengurangan lokalisasi dan PSK diperlukan karena dikhawatirkan KIMAK akan terus berkembang pesat di Seantero Batang. (dik)
BATANG – Ternyata pendapatan para PSK Se Kabupaten Batang nyaris setara dengan PAD Kabupaten Batang. Dalam setahun, pendapatan para PSK dari berbagai Kawasan Industri Maksiat alias KIMAK mencapai Rp 50 an Miliar. Angka itu lebih tinggi ketimbang PAD Kabupaten Batang tahun 2010 yang hanya sebesar Rp 44,5 M. Bahkan untuk tahun 2011, PAD Batang hanya ditarget Rp 48,9 M. Angka itu pun masih tetap kalah ketimbang pendapatan ratusan PSK Se Kabupaten Batang.
“Kami sudah lakukan survey. Kita sebut, Kawasan Industri Maksiat alias KIMAK. Asumsinya, ada sekitar 600 an PSK yang praktik di puluhan kawasan industri maksiat Se Kabupaten Batang. Tiap hari, rata-rata pendapatan PSK Rp 300 ribu. Sebab, minimal tiap PSK dalam sehari melayani 2 pelanggan. Maksimal sampai 7 pelanggan sehari. Ditambah keuntungan dari sewa kamar, warung warung, penjualan minuman keras, rokok, karaoke dan usaha lainya yang dikelola para mucikari, totalnya bisa lebih dari Rp 50 M setahun,” beber Kabag Hukum Bambang Supriyanto ketika rapat kerja dengan Komisi A DPRD Batang di ruang Komisi A, kemarin.
Sayangnya, dari asumsi pemasukan sebesar sekitar Rp 50 Miliar setahun itu, tak ada sepeserpun kontribusi untuk daerah baik lewat retribusi maupun pajak. Justru yang mendapat pemasukan dari bisnis haram itu adalah oknum-oknum keamanan. Sedangkan bagi Kabupaten Batang, justru menimbulkan berbagai persoalan sosial dan kesehatan. Sebab, jumlah penderita HIV/AIDS di Batang paling tinggi di jalur Pantura serta konflik dengan warga sekitar, persoalan rumah tangga dan de moralisasi.
Ironisnya, meski keberadaan PSK maupun lokalisasi secara resmi dianggap tidak ada, kenyataanya keberadaan puluhan lokalisasi itu juga menyedot keuangan daerah dan ditangani instansi resmi. Lihat saja, setiap tahun Pemkab Batang harus mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk penanggulangan HIV/AIDS di kompleks lokalisasi lewat Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial maupun Komisi Penanggulangan Aids. Juga pembinaan PSK lewat Bagian Sosial, razia PSK lewat Satpol PP dan pengeluaran lainya. Belum lagi razia razia maupun pembinaan dari Polres Batang yang jelas membutuhkan dana.
“Artinya, Pemkab harus terus menerus nombok untuk para PSK, tapi ndak mendapat apapun dari PSK. Ini dari sisi ekonomi saja. Lepas dari urusan agama maupun norma sosial ,” imbuh Bambang.
Sementara Ketua Komisi A Yuswanto BA meminta agar jumlah kompleks lokalisasi dikurangi. Yang memungkinkan adalah kompleks lokalisasi Njentolsari di pinggir Alas Roban agar ditutup saja.
“Kawasan Njetolsari sebaiknya hanya untuk berdagang warung kaki lima. Tapi jangan untuk praktik prostitusi lagi,” kata Yuswanto. Sebab, kawasan Njetolsari semakin marak, bahkan ada beberapa losmen atau hotel yang membuka praktik prostitusi juga. Komisi A juga meminta Pemkab merevisi Perda tentang prostitusi dan Miras.
Sementara Kasatpol PP Wahyu Budi Santoso juga mengakui, banyaknya lokalisasi di Kabupaten Batang. Bahkan, sejumlah tempat seperti pangkalan truk seperti penundan dan Banyuputih juga warung pinggir hutan jadi pun berubah menjadi praktek lokalisasi.
“Secara resmi, memang tak ada lokalisasi. Tapi kenyataanya semua orang sudah tahu. Namun, kita akan berusaha mengurangi jumlah PSK yang ada dengan rehabilitasi,” imbuh Kasatpol PP. Pengurangan lokalisasi dan PSK diperlukan karena dikhawatirkan KIMAK akan terus berkembang pesat di Seantero Batang. (dik)
Ribuan Warga Tutup Kompleks Lokalisasi
TUTUP – Ribuan massa menutup lokalisasi Boyongsari di Kota Batang. (didik) |
BATANG – Usai shalat Jumat, ribuan massa yang di dominasi warga Boyongsari, Kecamatan Batang bergerak dari Masjid Akmaludin, Karangasem Selatan menuju kompleks lokalisasi Boyongsari yang berjarak hanya puluhan meter dari Masjid Akmaludin itu. Sambil berjalan, massa berorasi dengan damai. Lalu, massa memasang spanduk di beberapa gang kompleks lokalisasi tersebut. Aksi massa yang dikawal ketat polisi ini berlangsung lancar.
“Kami bergerak dengan maksud amar makruf nahi mungkar. Ini gabungan elemen islam dari Forum Komunikasi Batang Rembuk, FPI, NU, Muhammadiyah dan lainya. Kita sudah kordinasi dengan polisi. Insyallah, ini demi kebaikan Kota Batang dan masyarakat Batang. Ini aksi damai atas nama kesadaran bersama. Kami tak ingin anarkhis,” tegas pengurus Front Pembela Islam, Amir Hamzah dalam orasinya, Jumat siang.
Pemasangan spanduk berisi ajakan menutup lokalisasi itu di pasang di tiga mulut gang. Ribuan warga Kecamatan Batang yang di dominasi warga Boyongsari ikut menyaksikan. Mulai dari anak-anak, pelajar, pemuda dan kaum ibu sama-sama meminta praktek prostitusi dihentikan. Puluhan polisi yang dipimpin Kapolsek Batang Kota AKP Kukuh Wiyono juga mengawal aksi itu. “Yang penting berjalan damai. Pemasangan spanduk itu juga sudah seijin kepolisian,” jelas AKP Kukuh Wiyono saat memantau aksi.
Lewat mega phone, Amir Hamzah juga mengajak seluruh warga Boyongsari menjauhi prostitusi, perjudian dan miras. Selain itu, mengajak para PSK dan mucikari untuk sadar dan kembali kejalan yang benar dalam mencari rejeki. “Allah SWT sudah mengkaruniakan rahmat dan kasih sayangnya yang begitu luas. Marilah kita mencari rejeki dengan jalan yang halal thoyibah. Mari kita tinggalkan praktik prostitusi disini,” pinta Amir Hamzah. Bahkan, para orator lainya berkali kali mengingatkan massa agar tidak terpancing ulah provokator yang sengaja mengajak anarkhis.
Senada Ketua PC NU M Taufik dan Ketua PD Muhammadiyah M Nasikhin meminta agar praktik prostitusi di Boyongsari dihentikan. Selain menyalahi aturan agama maupun aturan pemerintah, lokalisasi itu juga sangat berdekatan dengan tempat pendidikan, tempat ibadah, pusat perekonomian Pasar Batang dan pusat pemerintahan Pemkab Batang. “Sejak dulu warga NU dan Muhammadiyah tak setuju keberadaan kompleks lokalisasi itu. Anak anak GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah juga ikut mendukung penutupan lokalisasi,” tegas HM Taufik dan H Nasikhin. PC NU dan PD Muhammadiyah juga mendesak Pemkab menegakan aturan. Sebab, kawasan Boyongsari merupakan kawasan pemukiman. Bukan lokalisasi prostitusi. Jika prostitusi itu ileggal, mestinya Pemkab segera menutupnya.
Pertimbangan lainya, penularan penyakit HIV/AIDS di wilayah Batang sudah sangat tinggi. Menurut Kordinator Komisi penanggulangan Aids, Fajar Sajidin, diwilayah pantura, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Batang paling tinggi dengan angka penderita HIV/AIDS mencapai 119 orang yang di dominasi PSK. “Selama 2010 saja, penambahan penderita HIV/AIDS lebih dari 30 orang. Itu yang terdata. Realitanya jelas jauh lebih besar. Penderitanya 95 persen PSK dan mereka masih buka praktik. Sehingga penularan HIV/AIDS sangat cepat,” imbuh Fajar Sajidin.
Sementara, sebelumnya MUI dan para tokoh lintas agama Se Kabupaten Batang dalam audiensi dengan Kapolres Batang AKBP Nasikhin di Hotel Sendangsari baru baru ini juga meminta polisi dan Pemkab memberantas prostitusi, miras dan perjudian. Ditambah ketika pertemuan Muspida dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Pendopo Pemkab, para tokoh agama dan masyarakat juga kembali mendesak agar Pemkab membuat Perda Miras dan Prostitusi. (dik)
BIAYA PENGGANTI PEMBUATAN PASPOR DI KEMPLANG DEPAG
Wahuri Muchtar (Trie) |
Beberapa jama’ah haji tahun 2009 menanyakan, apakah pihak panitia pemberangkatan haji tahun 2010 ini sudah membenahi sistem kerjanya untuk melayani jama’ah haji tahun 2010 ini, agar tidak mengalami pengalaman yang sama seperti yang dialaminya.
Seperti yang dituturkan H. Taufiq warga Banyurip Ageng yang mengalami kejadian tersebut kepada Kontras mengeluhkan, pelayanan dari panitia pemberangkatan haji pada tahun keberangkatannya sangat merugikan para jama’ah.
”Waktu itu pemberangkatan sudah mepet, namun belum ada kepastian tentang paspor dari Depag, padahal paspor harus segera di stamp visa oleh kedutaan Arab Saudi, kemudian dari KBIH kita, yakni KBIH Aisiyah berinisiatif untuk mengantisipasi dengan membuat paspor sendiri, dan pada saat itu, yang dibuatkan sekitar 126 orang yang tergabung dalam KBIH Aisyah”, paparnya.
Dipaparkan Taufik, kendala yang dihadapi dirinya dan jamaah haji di kota Pekalongan pada saat itu, juga dialami di kota-kota lainnya, seperti di Magelang dan Wonosobo.
”Saat itu dari pihak Depag memperbolehkan kita untuk membuat Paspor sendiri ke pihak Imigrasi senilai 270 ribu, dan dari pihak Depag menyanggupi akan mengganti setelah usai ibadah haji, namun hingga musim haji tahun ini, biaya pembuatan paspor belum juga diganti, kendati kita sudah mengirim rekening kita masing-masing”, keluhnya.
Dirinya berharap, pihak Depag bisa menunaikan janjinya dan membenahi sistem pelayanan haji, sehingga kedepannya tidak lagi terjadi masalah seperti yang dialami jamaah haji tahun 2009.
“Depag kok kayak gitu..!!, Depag yang notabene kantor yang berlandaskan agama yang kuat kok semacam itu, kalau Depag saja begitu, bagaimana dengan sistem kerja kantor yang lain....???”, keluhnya dengan nada kesal.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan, Wahuri Muchtar ketika di konfirmasi membenarkan kejadian tersebut.
”Waktu itu memang belum ada juklak pembuatan paspor dari kantor hukum dan ham, departemen imigrasi. Akhirnya dari 139 jama’ah membuat sendiri. Dan saat ini, kami dan pusat sudah berusaha untuk memperbaiki pelayanan, kalau memang dirasa kurang, pasti kita ada komitmen untuk membenahi”, katanya.
Ditambahkan Wahuri, untuk masalah penggantian biaya pembuatan paspor, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Imigrasi yang saat itu menerima pembayaran dari Jama’ah.
”Permasalahannya bukan kita yang memproses, namun kami menanti jawaban dari departemen keuangan karena itu terkait dengan pendapatan negara bukan pajak penerimaan uang bukan pajak. Kalau cair, pasti kita kembalikan”, tegasnya. (Trie)
Calon Pengantin Tewas
APES – Calon pengantin yang tewas ditabrak truk. (didik) |
Saat kejadian, alumnus SMAN 3 Pekalongan itu mengendarai motor Revo Nopol G 3201 FA dari arah barat, hendak berangkat ke kantornya. Sampai di lokasi kejadian, Nina bermaksud menghindari penjual siomay yang hendak menyeberang jalan. Namun naas, motornya tetap tersenggol gerobak siomay. Tak pelak, korban jatuh ke bahu jalan. Apesnya lagi, ketika jatuh truk diesel yang melaju dari belakangnya langsung menabrak korban. Tak pelak, korbanpun tewas seketika dengan luka parah pada bagian kepala. “Setelah jatuh, tadi ditabrak truk dari belakang,” kata saksi, Wahab.
Seorang teman korban sempat histeris saat melihat tubuh korban terkapar tak bernyawa di aspal. warga sekiyar langsung berhamburan melihat. Sehingga lalu lintas sempat macet. Untunglah polisi segera datang mengurai arus lalu intas. Lalu, warga dan polisi langsung mengevakuasi jenasah gadis yang tergeletak ditengah jalan itu dengan ambulance ke RSUD Kraton.
Sementara itu, sopir truk diesel, Arif Harono warga Jatinom, Kabupaten Klaten sudah diamankan polisi dan dibawa ke Mapolres Pekalongan untuk dimintai keterangan. Begitu juga motor milik korban. Tak urung, kejadian ini sempat mengakibatkan kemacetan panjang di ruas jalur Pantura Wiradesa. (dik)
Hendak Masuk TPI, 2 Kapal Celaka
TERDAMPAR – Petugas Pelabuhan Batang menunjukan Kapal Satria Jaya yang terdampar di pesisir TPI Klidang Lor Batang. (didik) |
BATANG – Cuaca buruk dan gelombang tinggi membuat dua perahu nelayan mengalami celaka ketika hendak masuk ke dermaga TPI Klidang Lor Batang pada Rabu (12/1) pagi. Musibah pertama dialami Kapal Satria Jaya I milik Kasmadi warga Kranggan, Rembang. Kapal yang di nahkodai Jumari itu baru saja mencari ikan di perairan lepas itu bermaksud hendak kembali ke TPI Klidang Lor Batang. Sebab, cuaca laut memburuk. Bahkan, sudah sekitar 5 hari kapal Satria Jaya I terombang ambil di laut lepas. “Saat akan masuk muara Klidang Lor, sekitar pukul 05.30 Wib, kapal dihantam gelombang dan terseret hingga membentur pier. Akibatnya, dok kapal rusak,” terang pengurus Kapal, Mentol 45 , warga Pasirsari, Batang.
Untunglah, semua awak kapal maupun perbekalan selamat. Hanya, ada kerusakan di dok kapal yang terdampar di pesisir itu. Kerugian ditaksir hanya sekitar Rp 1 jutaan. Tapi, awak kapal harus repot memindah perbekalan basket ikan dan memasang tali temali kapal agar tak terbawa ombak. Kapal berukuran 13 Gross Ton itu terpaksa dibiarkan terdampar di pasir sambil menunggu air pasang. “Sebenarnya saya sudah mengingatkan nahkoda agar menunda masuk dermaga. Tapi nahkoda ngeyel. Akibatnya jadi begini,” imbuh Mentol ketika memimpin anak buah kapal mengevakuasi kapal.
Musibah yang kedua dialami perahu sopek milik Gampang, warga Seturi, Kecamatan Batang sekitar pukul 06.30 Wib. Ketika perahu pencari ikan itu hendak pulang ke Pelabuhan TPI Klidang Lor, Batang, saat masuk muara, perahu terseret ombak dan membentur pier penahan gelombang. Tak pelak, perahu pecah berantakan dan tenggelam. “Nahkodanya yang bernama Warmin, 42 pingsan. Sehingga terpaksa dibawake RS Kalisari Batang,” kata petugas pelabuhan, Solikhin disela evakuasi bangkai perahu. Untunglah, Nahkoda tak mengalami luka parah, hanya kelelahan terlalu lama di dalam air hingga pingsan. Solikhin menuturkan, sebenarnya jauh jauh hari petugas pelabuhan Batang sudah mengingatkan para nelayan dan pemilik kapal agar tidak melaut. Sebab, cuaca makin buruk dan gelombang tinggi. “Kami juga sudah memasang bendera biru gelap sebagai tanda bahaya di menara ujung pier,” tutur Solikhin. Sebelumnya, pada Selasa (11/1) juga ada dua perahu sopek kecil yang terseret ombak ketika memasuki muara TPI Klidang Lor. Namun, tak ada korban jiwa dalam kejadian itu. (dik)
Tolak PLTU, Tiga Warga Dipolisikan
· Buntut Pro Kontra Proyek PLTU Batang
BATANG – Suasana Desa Karanggeneng makin tak nyaman. Terutama bagi tokoh tokoh masyarakat yang konsisten menolak proyek PLTU Batang. Terakhir, muncul isu penculikan ataupun penangkapan yang tak jelas sumbernya. Akhirnya, lima orang tokoh masyarakat Karanggeneng yang menolak pembangunan PLTU memilih datang ke Mapolres Batang. “Kami minta perlindungan ke Polres. Biar masalahnya jelas. Selain itu, memang ada surat panggilan dari Polres untuk rekan kami,” ucap Kasmir yang menunggu di luar ruangan Reskrim Polres Batang..
Itu diakui oleh Humas Polres Batang AKP H Djafar Sodik. Dia menyebut, ada beberapa orang warga yang datang ke Mapolres. “Saat ini mereka sedang dimintai keterangan oleh Satreskrim,” jelas H Djafar Sodik pada Selasa (10/4) siang. Memang, di ruangan Kasat Reskrim tampak Kasat Reskrim AKP Sudharto SH dan KBO Iptu Edi Lillah sedang berbincang dengan tiga orang warga Desa Karanggeneng. Ketiga warga itu adalah Riyono, Cahyadi dan Carman. Semuanya warga Desa Karanggeneng yang menolak menjual lahanya untuk proyek PLTU Batang.
Sedangkan di luar ruangan, tampak dua orang warga Karanggeng lainya menunggui. Setelah cukup lama di ruang Kasat Reskrim, ketiga orang itu lalu dimintai keterangan di ruang Kanit Reskrim. “Saya belum tahu hasil pemeriksaan. Kan masih berjalan. Yang jelas, status mereka sekarang ini masih saksi, atas kejadian penganiayaan terhadap saudara Sukadar yang juga warga Desa Karanggeneng,” imbuh Djafar Sodik. Dia menjelaskan, saat kejadian di Desa Karanggeneng pada Rabu (4/4) petang, Sukadar mengalami luka pada bagian mulutnya dan giginya patah.
Sementara, terkait peristiwa adanya sekelompok orang berbadan tegap yang hendak menjemput paksa Riyono, warga Desa Karanggeneng pada Senin (9/4) sore, Humas Polres Batang Iptu Djafar Sodik membantah. “Tidak ada anggota Polres Batang yang menjemput paksa warga. Yang ada hanya pengamanan di Polsek Tulis. Kita juga lakukan patroli,” tukasnya. Sesuai kesaksian warga, ketika itu istri Riyono yakni Ny Yunarsih menjerit jerit minta tolong. Sehingga para tetangga berhamburan keluar hendak menolong. Sehingga belasan orang berpakaian preman itu memilih pergi meninggalkan rumah Riyono dengan mengendarai beberapa mobil Kijang dan sepeda motor. Warga menduga, mereka adalah anggota Polri.
Sementara, sampai Selasa (10/4) pukul 17.00 Wib, polisi belum rampung memintai keterangan ketiga warga Desa Karanggeneng. Setidaknya, empat jam lebih ketiga warga itu menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan di ruang Kanit Reskrim dan di ruang Kasat Reskrim. “Belum selesai Mas,” ucap Kasat Reskrim AKP Sudharto saat sejenak keluar ruangan. (dik)
BATANG – Suasana Desa Karanggeneng makin tak nyaman. Terutama bagi tokoh tokoh masyarakat yang konsisten menolak proyek PLTU Batang. Terakhir, muncul isu penculikan ataupun penangkapan yang tak jelas sumbernya. Akhirnya, lima orang tokoh masyarakat Karanggeneng yang menolak pembangunan PLTU memilih datang ke Mapolres Batang. “Kami minta perlindungan ke Polres. Biar masalahnya jelas. Selain itu, memang ada surat panggilan dari Polres untuk rekan kami,” ucap Kasmir yang menunggu di luar ruangan Reskrim Polres Batang..
Itu diakui oleh Humas Polres Batang AKP H Djafar Sodik. Dia menyebut, ada beberapa orang warga yang datang ke Mapolres. “Saat ini mereka sedang dimintai keterangan oleh Satreskrim,” jelas H Djafar Sodik pada Selasa (10/4) siang. Memang, di ruangan Kasat Reskrim tampak Kasat Reskrim AKP Sudharto SH dan KBO Iptu Edi Lillah sedang berbincang dengan tiga orang warga Desa Karanggeneng. Ketiga warga itu adalah Riyono, Cahyadi dan Carman. Semuanya warga Desa Karanggeneng yang menolak menjual lahanya untuk proyek PLTU Batang.
Sedangkan di luar ruangan, tampak dua orang warga Karanggeng lainya menunggui. Setelah cukup lama di ruang Kasat Reskrim, ketiga orang itu lalu dimintai keterangan di ruang Kanit Reskrim. “Saya belum tahu hasil pemeriksaan. Kan masih berjalan. Yang jelas, status mereka sekarang ini masih saksi, atas kejadian penganiayaan terhadap saudara Sukadar yang juga warga Desa Karanggeneng,” imbuh Djafar Sodik. Dia menjelaskan, saat kejadian di Desa Karanggeneng pada Rabu (4/4) petang, Sukadar mengalami luka pada bagian mulutnya dan giginya patah.
Sementara, terkait peristiwa adanya sekelompok orang berbadan tegap yang hendak menjemput paksa Riyono, warga Desa Karanggeneng pada Senin (9/4) sore, Humas Polres Batang Iptu Djafar Sodik membantah. “Tidak ada anggota Polres Batang yang menjemput paksa warga. Yang ada hanya pengamanan di Polsek Tulis. Kita juga lakukan patroli,” tukasnya. Sesuai kesaksian warga, ketika itu istri Riyono yakni Ny Yunarsih menjerit jerit minta tolong. Sehingga para tetangga berhamburan keluar hendak menolong. Sehingga belasan orang berpakaian preman itu memilih pergi meninggalkan rumah Riyono dengan mengendarai beberapa mobil Kijang dan sepeda motor. Warga menduga, mereka adalah anggota Polri.
Sementara, sampai Selasa (10/4) pukul 17.00 Wib, polisi belum rampung memintai keterangan ketiga warga Desa Karanggeneng. Setidaknya, empat jam lebih ketiga warga itu menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan di ruang Kanit Reskrim dan di ruang Kasat Reskrim. “Belum selesai Mas,” ucap Kasat Reskrim AKP Sudharto saat sejenak keluar ruangan. (dik)
Tambah Mobil Perpustakaan Keliling
BATANG – Perpustakaan daerah Kabupaten Batang menambah layananya dengan mobil perpustakaan keliling. Penggunaan mobil perpustakaan keliling itu kemarin diresmikan Bupati Batang Yoyok dan Wabup Sutadi. “Mobil nantinya akan keliling agar buku-buku yang ada bisa dibaca masyarakat dan juga anak sekolah,” kata Bupati Yoyok didampingi Wakil Bupati, Soetadi.
Setiap hari mobil tersebut akan keliling ke daerah-daerah agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Bupati juga berpesan kepada masyrakat untuk bisa menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang baik, hal itu dikarenakan pendidikan terhadap anak-anak harus diberikan sejak dini. Selain itu, dalam masa pertumbuhan anak-anak lebih cepat menangkap suatu pelajaran yang diberikan. “Saya berharap mobil tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perpustakaan, Kusumastuti menjelaskan selama ini pemerintah sudah melakukan program perpustakaan keliling. Lalu tahun 2012 ini mendapatkan bantuan Dana Intensif Daerah (DID) dari pusat yang peruntukannya guna pengadaan mobil perpustakaan keliling. ”Untuk tahun ini kami mendapatkan bantuan tiga buah mobil perpustakaan keliling dan juga motor pintar,” terang Kusumastuti.
Dengan adanya mobil dan motor pintar tersebut diharapkan bisa melayani anak-anak sekolah, terutama anak-anak TK dan PAUD. Mobil tersebut akan dioperasionalkan setiap hari ke sekolah-sekolah untuk menunjang pendidikan. Mobil dan sepeda motor tersebut berisi buku-buku pelajaran yang nantinya bisa juga dipinjam anak-anak sekolah. “Keberadaan mobil tersebut diharapkan bisa membantu anak-anak dalam proses belajar, karena didalamnya terdapat buku-buku pelajaran,” tuturnya.
Selain penyerahan mobil perpustakaan keliling, juga diadakan parade Marching Band anak-anak TK dan PAUD se Kecamatan Batang, Lomba mewarnai gambar, serta ditampilkan juga pentas seni anak-anak PAUD dan TK. Acara tersebut ditutup dengan penampilan break dance dari Skill Soul Dance dari Batang, dan juga ada dongeng oleh Awang dari Sanggar Kampung Dongeng Jakarta.(dik)
Setiap hari mobil tersebut akan keliling ke daerah-daerah agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Bupati juga berpesan kepada masyrakat untuk bisa menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang baik, hal itu dikarenakan pendidikan terhadap anak-anak harus diberikan sejak dini. Selain itu, dalam masa pertumbuhan anak-anak lebih cepat menangkap suatu pelajaran yang diberikan. “Saya berharap mobil tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perpustakaan, Kusumastuti menjelaskan selama ini pemerintah sudah melakukan program perpustakaan keliling. Lalu tahun 2012 ini mendapatkan bantuan Dana Intensif Daerah (DID) dari pusat yang peruntukannya guna pengadaan mobil perpustakaan keliling. ”Untuk tahun ini kami mendapatkan bantuan tiga buah mobil perpustakaan keliling dan juga motor pintar,” terang Kusumastuti.
Dengan adanya mobil dan motor pintar tersebut diharapkan bisa melayani anak-anak sekolah, terutama anak-anak TK dan PAUD. Mobil tersebut akan dioperasionalkan setiap hari ke sekolah-sekolah untuk menunjang pendidikan. Mobil dan sepeda motor tersebut berisi buku-buku pelajaran yang nantinya bisa juga dipinjam anak-anak sekolah. “Keberadaan mobil tersebut diharapkan bisa membantu anak-anak dalam proses belajar, karena didalamnya terdapat buku-buku pelajaran,” tuturnya.
Selain penyerahan mobil perpustakaan keliling, juga diadakan parade Marching Band anak-anak TK dan PAUD se Kecamatan Batang, Lomba mewarnai gambar, serta ditampilkan juga pentas seni anak-anak PAUD dan TK. Acara tersebut ditutup dengan penampilan break dance dari Skill Soul Dance dari Batang, dan juga ada dongeng oleh Awang dari Sanggar Kampung Dongeng Jakarta.(dik)
Ketati Cafe Karaoke
PEKALONGAN - Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pekalongan akan meningkatkan pengawasan terhadap tempat-tempat hiburan yang di tengarai sering digunakan oleh para pelajar maupun PNS saat jam kerja dan jam sekolah. Selain itu, Satpol PP juga akan memeriksa surat perizinan karoke, jika ditemukan pelanggaran maka akan diberikan sangsi berat bahkan hingga pencabutan izinnya.
”Kita perketat pengawasan, karena banyaknya laporan dari masyarakat yang sering melihat siswa sekolah dan PNS, keluyuran ditempat hiburan pada jam kerja,” ucap Komandan Regu B Satpol PP, Agung Jaya, kemarin.
Agung menambahkan, pihaknya sudah memberikan surat edaran kepada pengelola karaoke untuk tidak melayani para siswa sekolah dan PNS saat jam kerja. Jika peraturan itu dilarang, maka pihaknya akan melakukan tindakan peringatan keras. (dik)
”Kita perketat pengawasan, karena banyaknya laporan dari masyarakat yang sering melihat siswa sekolah dan PNS, keluyuran ditempat hiburan pada jam kerja,” ucap Komandan Regu B Satpol PP, Agung Jaya, kemarin.
Agung menambahkan, pihaknya sudah memberikan surat edaran kepada pengelola karaoke untuk tidak melayani para siswa sekolah dan PNS saat jam kerja. Jika peraturan itu dilarang, maka pihaknya akan melakukan tindakan peringatan keras. (dik)
Kondisi Cagar Budaya Memprihatinkan
PEKALONGAN – Beralihnya fungsi sejumlah bangunan cagar budaya yang menjadi salah satu bukti perjalanan sejarah di Kota Pekalongan, mengundang kekhawatiran para pemerhati budaya di Kota Batik. Budayawan, EH Kartaegara mengatakan, hilangnya jejak sejarah di Kota Pekalongan, karena ketidakpedulian maupun miskinnya gagasan dalam melestarikannya. “Bangunan bersejarah memiliki arti penting perjalanan budaya serta banyak cerita di balik bangunan-bangunan itu,” ucap EH Kartanegara.
Senada, WakilPimpinan DPRD Ismet Inonu mempertanyakan kinerja instansi terkait yang belum juga melakukan langkah nyata untuk pelestarian cagar budaya. “Belum ada langkah nyata, baru rencana rencana saja. Sementara kondisi cagar budaya makin memprihatinkan,” tukas Ismet Inonu.
Menanggapi hal ini, Pemkot Pekalongan berencana akan melakukan penataan bangunan cagar budaya. Satu per satu dari bangunan tersebut akan di cek serta dilakukan pengukuran untuk data detail. Kegiatan akan dilakukan pada Triwulan kedua tahun 2012, atau tepatnya bulan Mei mendatang. Pendataan akan dilakukan bertahap untuk mengetahui prioritas bangunan dari 286 bangunan yang memiliki nilai sejarah itu. “Selain menyiapkan data inventarisasi, Pemerintah juga masih menyiapkan Perwal sebagai payung hukum untuk bangunan cagar budaya di Kota Pekalongan, karena bangunan cagar budaya tersebut harus dijaga dan dilestarikan,” ucap Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan, Doyo Budi Wibowo. (dik)
Senada, WakilPimpinan DPRD Ismet Inonu mempertanyakan kinerja instansi terkait yang belum juga melakukan langkah nyata untuk pelestarian cagar budaya. “Belum ada langkah nyata, baru rencana rencana saja. Sementara kondisi cagar budaya makin memprihatinkan,” tukas Ismet Inonu.
Menanggapi hal ini, Pemkot Pekalongan berencana akan melakukan penataan bangunan cagar budaya. Satu per satu dari bangunan tersebut akan di cek serta dilakukan pengukuran untuk data detail. Kegiatan akan dilakukan pada Triwulan kedua tahun 2012, atau tepatnya bulan Mei mendatang. Pendataan akan dilakukan bertahap untuk mengetahui prioritas bangunan dari 286 bangunan yang memiliki nilai sejarah itu. “Selain menyiapkan data inventarisasi, Pemerintah juga masih menyiapkan Perwal sebagai payung hukum untuk bangunan cagar budaya di Kota Pekalongan, karena bangunan cagar budaya tersebut harus dijaga dan dilestarikan,” ucap Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan, Doyo Budi Wibowo. (dik)
Dua Bulan, Tambah 10 Penderita HIV/Aids
BATANG – Pembiaran terhadap praktik prostitusi di sepanjang jalur Pantura Kabupaten Batang menjadi penyebab utama tingginya penularan penyakit HIV/Aids yang mematikan itu. Jumlah penderita HIV/AIDS pun terus melonjak. Bahkan, prevaleni HIV di Kabupaten Batang tertinggi di Pantura. Dan meraih peringkat ke tujuh besar dari 35 Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah.
Hingga awal Maret ini, sedikitnya ada 180 an penderita HIV/Aids di Kabupaten Batang. Dari jumlah itu, sedikitnya 10 orang penderita HIV/AIDS baru ditemukan di wilayah Batang selama Januari-Februari 2012. Mereka terdiri dari penderita yang ditemukan di Batang serta warga Batang yang berada di luar kota dan pulang sudah diketahui menderita AIDS. “Sepuluh penderita HIV/AIDS, tujuh ditemukan di Batang dan sementara sisanya adalah warga Batang yang kemungkinan tertular HIV/AIDS dari luar kota,” ucap Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan, Slamet Riyanto, kemarin.
Sedangkan tujuh orang yang ditemukan di Batang, rincianya enam orang perempuan dan satu orang laki-laki. Yang sudah terkena HIV lima orang, dan penderita AIDS dua orang. Dari tujuh orang tersebut, terdiri atas 2 orang ibu rumah tangga, 4 orang wanita pekerja seks (WPS) dan satu orang pelanggan. Dinkes juga menemukan tiga orang warga Batang yang sudah menderita AIDS, ketika mereka berada di rumah sakit. ''Mereka bekerja di luar kota, pulang-pulang sudah jadi AIDS. Mereka ketahuan di rumah sakit tapi tidak berurutan,'' tuturnya.
Sedangkan Kordinator KPA Batang Fajar Sajidin menyakini, lebih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdata. Terutama di daerah-daerah resiko tinggi alias lokalisasi. Sebab, HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es. Sesuai catatan KPA Batang, penularan lewat prostitusi alias PSK paling tinggi. Maklum, meski jumlah PSK di Batang yang terdata sekitar 500 an orang, namun yang berpraktik sebagai PSK mencapai 700 an orang. Parahnya lagi, sebagian PSK yang jelas jelas mengidap HIV/Aids juga tetap buka praktik. Alhasil, penularan penyakit mematikan itu begitu cepat. Selain HIV/Aids, penularan penyakit seksual lainya juga tergolong tinggi. Misalnya, sejak 2007 sampai sekarang, prevelensi Sifilis di Batang bahkan lebih tinggi ketimbang Kota Semarang dan Surabaya. Secara nasional, prevelensi HIV di Batang juga lebih besar.
Sementara itu, Slamet menyatakan, pihaknya sekarang terus berusaha melakukan penjangkauan terhadap penderita HIV/AIDS. Tidak hanya WPS di lokalisasi yang menjadi sasaran. Namun juga meluas seperti ke komunitas gay dan waria, pelanggan dan sopir dan kernet truk yang ada di Batang. Maklum, sepanjang jalur pantura Batang begitu banyak lokalisasi prostitusi. Banyaka warung remang remang dan pangkalan pangkalan truk di sepanjang jalur pantura Batang yang digunakan untuk prostitusi. Belum lagi di kota Batang maupun pelosok Batang. Misalnya, Bong Chino, Jrakah Payung, Wuni Tenggulangharjo, Banyuputih, Penundan Banyuputih, Tamanan Banyuputih, Luwes Surodadi dan lainya. Perkembangan prostitusi di Batang begitu pesat. Apalagi, dari beberapa kasus, prostitusi di Batang juga melibatkan anak dibawah umur. Bahkan dibawah pohon jati pun ada prostitusi. Padahal, penularan paling cepat lewat cara itu. Sebab, banyak PSK penderita HIV/Aids yang tetap buka praktik. Jadi perlu dukungan semua komponen untuk menanggulanginya.
Sebenarnya, Pemkab Batang sudah punya Perda No. 6 Tahun 2011. Tapi, sampai sekarang Perda itu terkesan jadi pajangan saja. Buktinya, praktik pelacuran di wilayah Kabupaten Batang makin marak dan begitu bebasnya. Padahal, Pemkab harus mengeluarkan banyak anggaran untuk mengatasi maraknya pelacuran maupun penanggulangan HIV/Aids. Kalangan PSK, gay dan waria merupakan komunitas yang rawan terjangkit HIV/AIDS. Sebelumnya, penjangkauan penderita HIV/AIDS masih difokuskan pada WPS yang ada di lokalisasi. Sementara komunitas yang lain masih belum fokus dilakukan. Jika ditemukan ada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), maka Dinkes akan melakukan pemantauan. Termasuk terhadap ibu hamil yang telah menderita HIV/AIDS maka akan diusahakan agar sang anak tidak ikut tertular. (dik)
Hingga awal Maret ini, sedikitnya ada 180 an penderita HIV/Aids di Kabupaten Batang. Dari jumlah itu, sedikitnya 10 orang penderita HIV/AIDS baru ditemukan di wilayah Batang selama Januari-Februari 2012. Mereka terdiri dari penderita yang ditemukan di Batang serta warga Batang yang berada di luar kota dan pulang sudah diketahui menderita AIDS. “Sepuluh penderita HIV/AIDS, tujuh ditemukan di Batang dan sementara sisanya adalah warga Batang yang kemungkinan tertular HIV/AIDS dari luar kota,” ucap Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan, Slamet Riyanto, kemarin.
Sedangkan tujuh orang yang ditemukan di Batang, rincianya enam orang perempuan dan satu orang laki-laki. Yang sudah terkena HIV lima orang, dan penderita AIDS dua orang. Dari tujuh orang tersebut, terdiri atas 2 orang ibu rumah tangga, 4 orang wanita pekerja seks (WPS) dan satu orang pelanggan. Dinkes juga menemukan tiga orang warga Batang yang sudah menderita AIDS, ketika mereka berada di rumah sakit. ''Mereka bekerja di luar kota, pulang-pulang sudah jadi AIDS. Mereka ketahuan di rumah sakit tapi tidak berurutan,'' tuturnya.
Sedangkan Kordinator KPA Batang Fajar Sajidin menyakini, lebih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdata. Terutama di daerah-daerah resiko tinggi alias lokalisasi. Sebab, HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es. Sesuai catatan KPA Batang, penularan lewat prostitusi alias PSK paling tinggi. Maklum, meski jumlah PSK di Batang yang terdata sekitar 500 an orang, namun yang berpraktik sebagai PSK mencapai 700 an orang. Parahnya lagi, sebagian PSK yang jelas jelas mengidap HIV/Aids juga tetap buka praktik. Alhasil, penularan penyakit mematikan itu begitu cepat. Selain HIV/Aids, penularan penyakit seksual lainya juga tergolong tinggi. Misalnya, sejak 2007 sampai sekarang, prevelensi Sifilis di Batang bahkan lebih tinggi ketimbang Kota Semarang dan Surabaya. Secara nasional, prevelensi HIV di Batang juga lebih besar.
Sementara itu, Slamet menyatakan, pihaknya sekarang terus berusaha melakukan penjangkauan terhadap penderita HIV/AIDS. Tidak hanya WPS di lokalisasi yang menjadi sasaran. Namun juga meluas seperti ke komunitas gay dan waria, pelanggan dan sopir dan kernet truk yang ada di Batang. Maklum, sepanjang jalur pantura Batang begitu banyak lokalisasi prostitusi. Banyaka warung remang remang dan pangkalan pangkalan truk di sepanjang jalur pantura Batang yang digunakan untuk prostitusi. Belum lagi di kota Batang maupun pelosok Batang. Misalnya, Bong Chino, Jrakah Payung, Wuni Tenggulangharjo, Banyuputih, Penundan Banyuputih, Tamanan Banyuputih, Luwes Surodadi dan lainya. Perkembangan prostitusi di Batang begitu pesat. Apalagi, dari beberapa kasus, prostitusi di Batang juga melibatkan anak dibawah umur. Bahkan dibawah pohon jati pun ada prostitusi. Padahal, penularan paling cepat lewat cara itu. Sebab, banyak PSK penderita HIV/Aids yang tetap buka praktik. Jadi perlu dukungan semua komponen untuk menanggulanginya.
Sebenarnya, Pemkab Batang sudah punya Perda No. 6 Tahun 2011. Tapi, sampai sekarang Perda itu terkesan jadi pajangan saja. Buktinya, praktik pelacuran di wilayah Kabupaten Batang makin marak dan begitu bebasnya. Padahal, Pemkab harus mengeluarkan banyak anggaran untuk mengatasi maraknya pelacuran maupun penanggulangan HIV/Aids. Kalangan PSK, gay dan waria merupakan komunitas yang rawan terjangkit HIV/AIDS. Sebelumnya, penjangkauan penderita HIV/AIDS masih difokuskan pada WPS yang ada di lokalisasi. Sementara komunitas yang lain masih belum fokus dilakukan. Jika ditemukan ada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), maka Dinkes akan melakukan pemantauan. Termasuk terhadap ibu hamil yang telah menderita HIV/AIDS maka akan diusahakan agar sang anak tidak ikut tertular. (dik)
Pukuli Penagih Hutang
PEKALONGAN - Diduga melakukan penganiayaan terhadap karyawan perusahaan pembiayaan WOM Finance, Riyanto, warga Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara, terpaksa meringkuk di sel tahanan Mapolres Pekalongan Kota. Riyanto diduga menganiaya karyawaan WOM Finance bernama Sumanto warga Kesesi, Kabupaten Pekalongan, saat Sumanto menagih tunggakan kredit sepeda motor miliknya.
“Saat di tagih, Riyanto justru memaki-maki Sumanto serta memukul bagian kepala dan mukanya sampai beberapa kali. Sehingga menyebabkan luka memar di wajahnya,” ucap Juru Bicara Kepolisian AKP Purwanto, kemarin. Akibat penganiayaan ini, Riyanto terancam pasal 352 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman maksimal 3 tahun penjara.(dik)
“Saat di tagih, Riyanto justru memaki-maki Sumanto serta memukul bagian kepala dan mukanya sampai beberapa kali. Sehingga menyebabkan luka memar di wajahnya,” ucap Juru Bicara Kepolisian AKP Purwanto, kemarin. Akibat penganiayaan ini, Riyanto terancam pasal 352 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman maksimal 3 tahun penjara.(dik)
Awasi Pembelian BBM Dengan Jerigen
PEKALONGAN - Jelang rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak, sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Pekalongan melakukan pengawasan ketat terhadap pembelian BBM yang mengunakan jerigen.
Manajer SPBU Jalan Merdeka Kota Pekalongan, Tri Paryono mengatakan, bagi pedagang eceran yang membeli dengan jerigen, jumlah pembelian harus sesuai dengan jumlah yang tertera di surat rekomendasi dari Disperindag. “Bagi yang tidak memiliki surat rekomendasi, SPBU tidak akan melayani pembelian dengan jerigen,” ucap Tri Paryono.
Sekarang ini, pihaknya telah menginstruksikan kepada semua operator, agar tidak melanggar ketentuan dari pemerintah, karena akan ada sanksi bagi operator yang melanggar. Tri menambahkan, untuk sementara ini pasokan dan kebutuhan BBM di SPBU masih norma, dalam satu harinya antara 24 hingga 25 ton premium.Sementara untuk kebutuhan pertamax masih sedikit, yaitu di bawah 1 ton dalam satu hari, karena minimnya jumlah pembelian. (dik)
Manajer SPBU Jalan Merdeka Kota Pekalongan, Tri Paryono mengatakan, bagi pedagang eceran yang membeli dengan jerigen, jumlah pembelian harus sesuai dengan jumlah yang tertera di surat rekomendasi dari Disperindag. “Bagi yang tidak memiliki surat rekomendasi, SPBU tidak akan melayani pembelian dengan jerigen,” ucap Tri Paryono.
Sekarang ini, pihaknya telah menginstruksikan kepada semua operator, agar tidak melanggar ketentuan dari pemerintah, karena akan ada sanksi bagi operator yang melanggar. Tri menambahkan, untuk sementara ini pasokan dan kebutuhan BBM di SPBU masih norma, dalam satu harinya antara 24 hingga 25 ton premium.Sementara untuk kebutuhan pertamax masih sedikit, yaitu di bawah 1 ton dalam satu hari, karena minimnya jumlah pembelian. (dik)
ABK Tewas Di Laut
PEKALONGAN - Seorang anak buah Kapal Motor Bintang Kasih Makmur asal Pekalongan, di laporkan tewas di perairan laut Tulung Agung hari Jum’at (9/3). Korban bernama Casmono warga Desa Kebumen, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, yang diduga tewas akibat penyakit yang dideritanya kambuh.
“Sebelum meninggal Casmono sempat mengeluhkan sakit pada bagian perutnya dan oleh
nahkoda kemudian diberi obat,” kata Juru Bicara Kepolisian Resort Pekalongan Kota, AKP Purwanto, kemarin.
Namun, pada keesokan harinya Casmono malah pingan. Sehingga terpaksa harus di bawa ke Puskesmas terdekat. Namun, sayang nyawanya tidak berhasil di selamatkan. Jenazah korban kemudian dibawa kerumah sakit Kraton untuk diperiksa, sebelum dibawa kerumahnya di Batang untuk dimakamkan.(dik)
“Sebelum meninggal Casmono sempat mengeluhkan sakit pada bagian perutnya dan oleh
nahkoda kemudian diberi obat,” kata Juru Bicara Kepolisian Resort Pekalongan Kota, AKP Purwanto, kemarin.
Namun, pada keesokan harinya Casmono malah pingan. Sehingga terpaksa harus di bawa ke Puskesmas terdekat. Namun, sayang nyawanya tidak berhasil di selamatkan. Jenazah korban kemudian dibawa kerumah sakit Kraton untuk diperiksa, sebelum dibawa kerumahnya di Batang untuk dimakamkan.(dik)
Langganan:
Postingan (Atom)