PEKALONGAN
– Diprediksi, sebagian besar wilayah Kota Pekalongan bakal tenggelam oleh air
rob dalam 20 tahun kedepan. Fenomena
ini bisa terjadi jika tak ada penanganan serius dari Pemkot dan warga Kota
Batik. Sebaba, ketinggian air rob terus bertambah setiap tahunnya.
“Jika masalah rob tidak segera ditangani,
diprediksi dalam tempo 20 tahun ke depan, sebagian wilayah Kota Pekalongan akan terendam rob.
Sebab, dari pengamatan sejak tahun 2002 hingga sekarang perkembangan rob
semakin tinggi,” terang pakar rob Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Profesor Doktor Slamet Imam Wahyudi disela penandatanganan MoU antara Pemkot
Pekalongan dan Unisula terkait penanganan rob di ruang sidang atas Pemkot,
kemarin.
Saat ini saja,
ada ratusan lahan pertanian dan areal tambak
yang mubadzir karena rob. Bahkan, di wilayah Pekalongan Utara sudah
menjadi langganan rob. Selain itu, ketinggian
rob terus bertambah. Sehingga banyak
fasilitas publik seperti sekolahan dan kantor penerintahan yang kerap terendam
rob.
Prof Slamet Imam Wahyudi menyampaikan bahwa untuk
mengatasi masalah rob di Kota Pekalongan perlu membangunan sub system drainase
dan tiap-tiap system drainase di bangun wilayah yang dekat pantai. “Termasuk
dalam pemeriharaanya melibat dua pemerintahan, Pemkot dan Pemkab Pekalongan,” tutur Prof Slamet.
Setidaknya,
Pemkot perlu membangun 5 polder untuk mengatasi rob di wilayah Pekalongan.
Selain itu, pemerintah perlu melakukan perbaikan jaringan drainase,
membuat penampungan air rob serta membuat pompa untuk memompakan air
laut.
Memang, Pemkot
Pekalongan menggandeng Unisula Semarang untuk mengatasi masalah rob yang selama
ini merepotkan warga Kota Batik. Sebagai
langkah awal, Walkot Pekalongan dr HM Basyir Ahmad menekan Memori Of
Understanding (MoU) dengan Universitas Sultan Agung (Unisula) Semarang. Acara
itu juga disaksikan rombongan dari City Mohamed Bin Abdullah University, Fest,
Maroko, di ruang sidang atas, kemarin.
“Saya
mengharapkan adanya masukan dari para pakar,
yang bisa segera dipraktekan
untuk bisa mengurangi dampak rob,” terang Walkot.
Selain itu,
Walkot juga meminta dibuat MoU dengan Unisula tentang pengembangan Kota
Pekalongan. Sedangkan Wakil Rektor Unisula, DR Widianto mengucapkan kerjasama
ini pada prinsipnya bukan merupakan kepentingan Pemkot Pekalongan saja. Namun
juga demi pengembangan Unisula dan implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi. Sedangkan dengan para tamu dari Maroko,
dr Basyir mengharapkan bisa dijalin
kerjasama perdagangan terutama dalam hal batik dan tekstil.
“Produksi batik
Kota Pekalongan itu sudah 60 persen dari total batik di Indonesia. Bisa
dikatakan Pekalongan merupakan pusatnya batik Indonesia,” tukas Basyir. (dik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar