Selasa, 10 April 2012

Diperbudak Sahwat, Masuk Penjara

PEKALONGAN – Gara gara tak kuat menahan nafsu sahwat, Bambang Sunaryo 25 warga Paweden, Kecamatan Buaran itu  harus berurusan dengan polisi. Sebab, Bambang nekat  menggelapkan sepeda motor milik rekannya demi melampiaskan nafsu bejadnya pada perlacur. Tak pelak, sang teman melapor polisi. Akibatnya Bambang harus meringkuk di sel Mapolser Pekalongan. “Motor itu saya jual Rp 800 ribu. Uangnya untuk main pelacur dan mabuk,” aku Bambang di depan polisi.
Menurut Kasat Reskrim Polres Pekalongan Kota AKP Windoyo, setelah mendapat laporan dari korban,yaitu Muslih warga Kelurahan Pringlangu, polisi langsung memburu Bambang dan menangkap  Bambang di rumahnya.
“Bambang berpura-pura akan mencarikan pembeli sepeda motor milik Muslimin. Tapi, ternyata malah dibawa kabur,” tukas Windoyo.
Ketika itu, Muslimin sempatdiajak Bambang berkeliling menggunakan motor tersebut untuk menemui calon pembeli. Tapi, setelah keliling Kota Pekalongan cukup lama, Muslimin diajak istirahat. Saat  korban lenggah, Bambang kabur membawa motor itu. Lalu Bambang menggadaikan motor itu Rp 800 ribu. Ketika ditangkap polisi, uang sebesar itu sudah ludes untuk mein pelacur dan mabuk mabukan.
Terungkap, Bambang nekat melakukan kejahatan itu karena kebelet main pelacur. Selain menangkap Bambang, polisi  juga l mengamankan  sepeda motor GL Pro yang sudah dipreteli sebagai barang bukti.
“Dia bisa dijerat pasal 372 KHUP dengan ancaman maksimal 4 tahun penjara,” imbuh Windoyo. (dik)

DERITA CALON TKW "PENAMPUNGAN SERASA DI PENJARA"

Berharap ingin merubah nasib ekonomi keluarganya dengan menjadi tenaga kerja wanita ke luar negeri, namun malang sudah di alaminya sedari penampungan. Jumiati (23) warga Dukuh Sikidang RT.03 RW.01 Desa Pucanggading Kecamatan Bandar kabupaten Batang, telah merasakan pahitnya hidup di penampungan sambil menunggu giliran pemberangkatan ke tempat tujuan.
Menurutnya, saat dipenampungan PT. Tegar Sukses Abadi yang beralamat di daerah Pedurungan Semarang ini, dirinya mengalami tekanan bhatin yang luar biasa. Karena dalam penampungan milih H. Abdulah ini, semua calon TKW di kurung bak di dalam penjara di lantai 3 dan lantai 4 saja, serta tidak boleh beraktifitas di luar penampungan.
"Sejak masuk ke penampungan saya sudah mengalami sakit. tapi pihak PT melarang saya ataupun teman saya untuk membeli obat di luar penampungan", katanya, sambil meneteskan airmata mengingat peristiwa pilu yang dialaminya.
Sakit yang di derita ibu satu anak ini, di mulai dari menurunnya nafsu makan, karena makanan yang di suguhkan oleh pihak PT, sangat jauh dari kata layak.
"Selama 18 hari di penampungan, setiap hari saya dan teman-teman hanya makan nasi putih, dan di beri kuah rebusan tempe", katanya.
Ketika sakit, dirinya sering mengalami pingsan mendadak saat berdiri dan dirinya mengalami benturan-benturan di lantai penampungan, sehingga, sakit yang di deritanya kini mengalami puncaknya.
“Saat ini, kaki saya masih terasa lemas dan sering mengalami pusing kepala mendadak”, imbuhnya.

Tebus 5,5 juta
Kabar pulangnya Jumiati di tengah-tengah keluarga, membuat suasana haru bagi sahabat dan sanak keluarga. Namun, kepulangan Jumiati tak semulus yang dibayangkan. Pihak keluarga harus menggadaikan sepeda motornya untuk menebus Jumiati dari penampungan sebesar 5,5 juta rupiah.
“Harga itupun, setelah adanya tawar menawar, karena pihak PT minta tebusan senilai 9 juta. Pihak PT beralasan, nominal tersebut untuk mengganti kebutuhan Jumiati saat masih berada di penampungan dan pengurusan passport”, papar suami Jumiati yang enggan di korankan namanya.
Jumiati menambahkan, beberapa rekannya yang sudah keluar dari penampungan, juga mengalami hal serupa dengan dirinya, dengan menebus hingga 15 juta rupiah, karena tergantung masa tunggu di penampungan.
“Teman saya dari Kendal dan Pati juga menebus hingga 15 juta karena mereka sudah lama tinggal di penampungan”, jelasnya.
Di katakan Jumiati, masih ada 60 calon TKW dari berbagai wilayah, seperti Kendal, pati, Batang Pemalang dan Cilacap yang saat ini mengalami hal serupa dengan dirinya di dalam penampungan. Bahkan, beberapa hari yang lalu, Jumiati dan rekanya berencana untuk melarikan diri dengan cara menyambung kain sarung mereka, namun keburu ketahuan sang penjaga penampungan.
“Waktu itu kami sudah berencana melarikan diri namun usaha ini gagal, karena sudah ketahuan”, keluhnya.
Dirinya dan keluarga berharap, pemerintah bisa melakukan tindakan kepada PJTKI yang dianggapnya “Nakal” ini, sehingga, nasib rekan-rekannya yang masih dalam penampungan bisa terselamatkan. (Trie)

Desak Tutup Kafe Karaoke

Desak Tutup Kafe Karaoke Ujuk Rasa gruduk DPRD
* Diduga Ajang Maksiat

BATANG – Ratusan warga Desa Kutosari Kecamatan Gringsing tetap menolak keberadaan Kafe Panda Family Karaoke dan Resto di lingkungan mereka. Sebab, diduga Kafe milik Sabar,  anggota DPRD Kabupaten Kendal itu digunakan untuk ajang maksiat dan meresahkan warga. “Kami minta DPRD bisa menindaklanjuti keinginan warga ini. Penutupan Kafe itu harga mati,” tegas Ketua Nahdlatul Ulama Ranting Kutosari, Nur Rofik ketika berdialog dengan unsur Pimpinan DPRD Kabupaten Batang di ruang Ketua DPRD, Kamis (224/3) siang.

Dalam pertemuan itu, hadir para tokoh masyarakat, ulama dan tokoh pemuda Desa Kutosari  menyampaikan penolakan atas operasional Kafe Panda Family Karaoke di pinggir jalur Pantura Rt 2 Rw 6 Desa Kutosari. Alasan perwakilan warga, kafe itu menjadi ajang maksiat seperti mabuk mabukan, sering terjadi keributan dan diduga ada praktik prostitusi terselubung. Padahal, lokasi kafe persis berhadapan dengan SMPN 1 Gringsing. Disekitar lokasi kafe juga terdapat PAUD, Tempat Penitipan Anak Indria dan SDN 1 Kutosari.  Sehingga berpengaruh negatif pada para siswa. Ditambah lagi, jarak Kafe cukup dekat dengan Masjid Jami Al Huda Kutosari.  Perwakilan warga, H Slamet yang juga Ketua IPNU menyebut seluruh ormas serta takmir masjid menolak keberadan Kafe itu. “Warga yang semula menyetujui keberadaan kafe juga sudah mencabut persetujuanya,” imbuh H Slamet.

Sedangkan Ketua DPRD Purwanto menyatakan akan segera berkordinasi dengan instansi terkait untuk mencarikan solusi persoalan ini. “Segera kita bicarakan dengan komisi A dankomisi  B serta dinas instansi terkait. Sebab, kami belum menerima surat pemberitahuan maupun laporan terkait Kafe tersebut,” ucap Purwanto. Bahkan, Purwanto langsung menelephon Assisten III Drs Nasikhin terkait keberadaan kafe itu.
Sebelum datang ke DPRD Batang, perwakilan warga juga sudah menyambangi Kantor  Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (KPMPPT). Mereka sempat ditemui Assisten III Drs  H Nasikhin. “Sore ini, kita akan cek ke lokasi dan akan bernegosiasi dengan pemilik Kafe. Nanti untuk sementara kita minta agar Kafe ditutup dahulu,” kata Drs Nasikhin. Sedangkan Kepala KPMPPT Sri Purwaningsih SH tak bisa menemui perwakilan warga karena sedang sakit.
Sekretaris Takmir Masjid Jami Al Huda, Khoirun juga menyampaikan tuntutan agar Kafe itu ditutup kepada Kades Kutosari Waluyo, Camat Gringsing Drs Supriyono serta Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu. Sementara itu, semula Kafe tersebut bisa beroperasi karena sudah mengantongi ijin dari KPMPPT.
Sedangkan Kasi Perizinan pada KPMPPT Budi Setyaningsih mengakui izin operasi Panda Family Kafe and Resto sudah terbit sejak 9 Desember 2010. Izin sudah diterbitkan karenat prosedur permohonan sudah lengkap. “Prosedur awal, setelah diteliti dan dicek ke lapangan oleh tim sudah memenuhi syarat. Karena sudah ada persetujuan dari warga yang tinggal di sekitarnya, juga diketahui oleh Kades  dan Camat Gringsing," terangnya.
Dia mengungkapkan, tidak menutup kemungkinan izin itu akan dikaji ulang. Karena dalam surat izin terdapat klausul yang memungkinkan hal itu terjadi. ’’Memang tertera ketentuan yang harus dipatuhi. Bila tidak memenuhi akan ditinjau lagi. ," tukasnya. (dik)

Bronjong Jebol, Ratusan Hektar Sawah Tergenang

MUSIBAH – Kasdim Batang mengecek lokasi musibah banjir bandang di Wonotunggal. (didik)
BATANG – Hujan deras semalaman membuat  Bronjong penahan tebing saluran irigasi Kramat sepanjang 200 meter di Sungai Kupang, Desa Kedung Malang Kecamatan Wonotunggal jebol. Sehingga ratusan hektar areal persawahan di wilayah Kecamatan Wonotunggal tergenang air. Padahal, sebagian pesawahan itu dalam kondisi siap panen. “Petani merugi ratusan juta. Sebagian terpaksa dipanen lebih awal agar tak terlalu merugi,” ucap Kades Kedungmalang, Amat Romli, Senin siang.
Amat Romli menyebut, malam itu Sungai Kupang meluap. Sehingga bangunan penyangga pipa air bersih roboh. Begitu juga Plengseng tebing penyangga jembatan air bersih itu. Paling parah lagi, bronjong penahan sepanjang 200 an meter hancur terbawa arus sunagai. Begitu juga bangunan mercu bendung Saluran Sekung yang terhanyut terbawa air bah. Padahal, bangunan mercu sepanjang 100 meter itu baru rampung dibuat pada September 2010 lalu. Bangunan senilai Rp 235 juta itu lenyap terbawa banjir.  “Kejadian ini segera kami laporkan Bupati siang ini,” imbuh Camat Wonotunggal  Rahmat NF.
Bronjong penahan saluran irigasi Kramat itu selama ini mampu menahan saluran dari longsoran. Sekaligus berfungsi mengairi ratusan hektar  persawahan. Akibat hancurnya bronjong, kerugian ditaksir Rp 25 juta. Sedangkan jembatan penyangga pipa air bersih itu sangat fital bagi masyarakat Desa Kedungmalang karena menjadi sumber air bersih untuk 60 persen warga. Dulu,  bangunan itu dibuat lewat dana PPIP tahun 2008 senilai Rp 250 juta. Akibat hancurnya jembatan penyangga itu, saat ini sebagian warga terancam kekurangan air bersih. Sedangkan plengseng penyangga jembatan merupakan bangunan baru yang baru dirampungkan Agustus 2010 senilai Rp 26,3 juta. 
Sementara, Kasdim Batang Mayor ARM Sugiharto bersama Danramil Wonotunggal Letda Inf Abdul Mutholib serta sejumlah anggotanya terjun langsung ke lokasi untuk melihat kondisi. “Kalau Pemkab sudah menyiapkan materialnya yang dibutuhkan, kami dari TNI siap membantu melakukan perbaikan fasilitas yang hancur,” kata Kasdim Sugiharto sambil melihat sisa bronjong yang hancur.
Saat ini, aliran Sungai Kupang sangat keruh dan cokelat. Warga diminta waspada, terutama para penambang pasir, sebab air bah bisa kembali datang jika daerah atas hujan deras. Senada, Kepala Kesbangtiblinmas Drs Murdiono mengaku sedang mendata jumlah kerugian. “Nanti kita laporkan ke Propinsi Jateng untuk penanganan selanjutnya,” imbuh Murdiono.
Disisi lain, musibah banjir bandang itu juga membawa keuntungan bagi sebagian warga. Sebab, warga menemukan kayu-kayu hutan yang terhayut air sungai Kupang. Puluhan warga pada Minggu siang masih memotong kayu-kayu yang melintang di tengah sungai.” Jika dijual, harganya lumayan tinggi,” kata Bardi, warga setempat. Selain itu, dipinggiran sungai juga banyak kiriman pasir yang terhanyut dari daerah atas. Puluhan warga tampak semangat mengumpulkan pasir sungai untuk dijual.  (dik) 

Nelayan Panen Kerang, Pemulung Panen Rongsokan

Laut memang tak pernah memusuhi kaum nelayan. Dibalik cuaca buruk gelombang tinggi membadai, warga kampung nelayan di pesisir Batang tetap bisa menikmati limpahan rejeki dari dasar laut Jawa. Seperti apa ?

Laporan : Didik Teguh R, Batang

Cuaca buruk dan gelombang tinggi  belakangan ini, memang membuat  para nelayan pesisir Batang terpaksa harus menyandarkan kapal-kapal mereka di muara sungai Sambong, persisnya di TPI Klidang Lor. Namun, tak semua nelayan menganggur. Sebagian tetap bekerja memperbaiki  kapal dan peralatan melaut. Ada juga yang sementara alih profesi jadi buruh serabutan. Tapi, banyak juga yang tetap ke laut. Bukan mencari ikan, tapi berburu kerang di pesisir, kepiting di rawa maupun barang barang bekas.

Seperti yang tampak di pesisir Pantai Sigandu sepekan terakhir ini. Nyaris tiap hari ratusan warga nelayan berburu kerang. Enaknya, mereka tinggal memunguti jutaan kerang-kerang yang terbawa ombak ke pesisir. Saking banyaknya kerang yang terbawa ombak, ada juga warga yang membawa mobil pik up untuk mengangkut kerang-kerang itu.

Kebanyakan warga berbekal karung dan kantong plastik besar. Usai shubuh, mereka berlomba ke pesisir Pantai Sigandu berombongan. Banyak juga yang mengajak anak istrinya. Mereka tinggal menyusuri pesisir pantai untuk memunguti kerang-kerang yang terbawa ombak. Lokasi paling diminati dekat pier penahan gelombang. Sebab, disitu terdapat banyak kerang kerang besar.
“Sudah tiga hari ini saya nyari kerang Mas. Lumayan sih. Sebagian bisa dijual, sisanya buat lauk sekeluarga,” ujar Suripno, 45 nelayan Klidang Lor.
Tiap kilogram kerang, bisa laku Rp 5 sampai Rp 7 ribu. Kalau sudah dikupas, harganya bisa Rp 12 ribu per kilogram. Para nelayan yang datang pagi buta mencari kerang, hingga pukul 09.00, bisa mendapat sekarung kerang yang beratnya 25 sampai 40 an kilo. Namun, tentu saja ada yang beruntung mendapat banyak, ada pula yang sekedar cukup untuk lauk sekeluarga. Yang jelas, meski bersaing berebut mencari kerang, mereka tetap ceria dan damai. Namun, bagi kalangan nelayan, tidak bisa tiap hari mencari kerang. Sebab, kerang hanya muncul pada musim tertentu. Misalnya ketika gelombang tinggi pekan ini. Setidaknya, kemunculan kerang kerang itu bisa menyelamatkan dapur nelayan.
Sedangkan Slamet, 51 warga Denarsi Wetan lebih suka mencari kepiting dirawa-rawa. Mirip dengan kerang, kepiting juga banyak bermunculan ditengah cuaca buruk. Jika beruntung, dalam sehari Slamet bisa mengumpulkan minimal 2 kilogram kepiting.
“Saya jual ke warga perumahan, perkilogram Rp 40 sampai Rp 50 ribu. Lumayan, sepekan ini banyak kepiting dirawa.  Tapi tak setiap hari begini, kadang tiga hari Cuma dapat sekilo saja,” beber Slamet.

Beda lagi dengan Dasmojo, 50 warga Depok Tulis yang rela berjalan kaki ke Sigandu sejauh sekitar 7 kilometer. “Kalau saya tidak mencari kerang Mas. Saya lebih suka mencari barang rongsokan. Kerang hanya tambahan. Syukur syukur nemu perhiasan,“ tutur Dasmojo sembari membalik balikan tumpukan sampah di dekat tembok pier.
Pria yang sehari hari jadi pemulung  itu mengaku pernah menemukan 2 buah kalung. Sayang, perhiasan yang dikira emas itu ternyata terbuat dari tembaga. “Tapi lumayan lah, yang penting laku,” ujar sembari memamerkan sekarung barang rongsokanya. Selain Dasmojo, banyak juga pemulung yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berburu barang rongsokan.
Memang, gelombang tinggi membawa kerang bercampur sampah sampah dari laut ke pesisir. Akibatnya, sepanjang pesisir Sigandu tampak kotor sekali. Banyak barang barang bekas dan rongsokan. Para pencari kerang harus tekun membolak balikan sampah untuk memunguti kerang-kerang. Tentunya kehadiran para pencari rongsokan itu cukup membantu mengurangi sampah sampah di OW Sigandu. Begitu juga para ibu nelayan yang mengumpulkan kayu-kayu, ranting pepohonan untuk kayu bakar. Cukup banyak juga. Lumayan ketimbang harus membeli kayu bakar. Setidaknya, dibalik tumpukan sampah itu ada rejeki untuk mereka yang mau bekerja keras. (****)   

Pemasukan Kawasan Maksiat Lebihi PAD

·    Sedot Anggaran, Tak Ada Pemasukan

BATANG – Ternyata pendapatan para PSK Se Kabupaten Batang nyaris setara dengan PAD Kabupaten Batang. Dalam setahun, pendapatan para PSK dari berbagai Kawasan Industri Maksiat alias KIMAK  mencapai  Rp 50 an Miliar. Angka itu lebih tinggi ketimbang PAD Kabupaten Batang tahun 2010 yang hanya sebesar Rp 44,5 M. Bahkan untuk tahun 2011, PAD Batang hanya ditarget Rp 48,9 M. Angka itu pun masih tetap kalah ketimbang pendapatan ratusan PSK Se Kabupaten Batang.
“Kami sudah lakukan survey. Kita sebut, Kawasan Industri Maksiat alias KIMAK.  Asumsinya, ada sekitar 600 an PSK yang praktik di puluhan kawasan industri maksiat  Se Kabupaten Batang. Tiap hari, rata-rata pendapatan PSK Rp 300 ribu. Sebab, minimal tiap PSK dalam sehari melayani 2 pelanggan. Maksimal sampai 7 pelanggan sehari.  Ditambah keuntungan dari sewa kamar, warung warung, penjualan minuman keras, rokok, karaoke dan usaha lainya yang dikelola para mucikari, totalnya bisa lebih dari Rp 50 M setahun,” beber Kabag Hukum Bambang Supriyanto ketika rapat kerja dengan Komisi A DPRD Batang di ruang Komisi A, kemarin.
Sayangnya, dari asumsi pemasukan sebesar sekitar Rp 50 Miliar setahun itu, tak ada sepeserpun kontribusi untuk daerah baik lewat retribusi maupun pajak. Justru yang mendapat pemasukan dari bisnis haram itu adalah oknum-oknum keamanan. Sedangkan bagi Kabupaten Batang, justru menimbulkan berbagai persoalan sosial dan kesehatan. Sebab, jumlah penderita HIV/AIDS di Batang paling tinggi di jalur Pantura serta konflik dengan warga sekitar, persoalan rumah tangga dan de moralisasi.
Ironisnya, meski keberadaan PSK maupun lokalisasi secara resmi dianggap tidak ada, kenyataanya keberadaan puluhan lokalisasi itu juga menyedot keuangan daerah dan ditangani instansi resmi. Lihat saja, setiap tahun Pemkab Batang harus mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk penanggulangan HIV/AIDS di kompleks lokalisasi lewat Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial  maupun Komisi Penanggulangan Aids. Juga pembinaan PSK lewat Bagian Sosial, razia PSK lewat Satpol PP dan pengeluaran lainya. Belum lagi razia razia maupun pembinaan dari Polres Batang yang jelas membutuhkan dana. 
“Artinya, Pemkab harus terus menerus  nombok untuk para PSK, tapi ndak mendapat apapun dari PSK. Ini dari sisi ekonomi saja. Lepas dari urusan agama maupun norma sosial ,”  imbuh Bambang.
Sementara Ketua Komisi A Yuswanto BA meminta agar jumlah kompleks lokalisasi dikurangi. Yang memungkinkan adalah kompleks lokalisasi Njentolsari di pinggir Alas Roban agar ditutup saja.
“Kawasan Njetolsari sebaiknya hanya untuk berdagang warung kaki lima. Tapi jangan untuk praktik prostitusi lagi,” kata Yuswanto. Sebab, kawasan Njetolsari semakin marak, bahkan ada beberapa losmen atau hotel yang membuka praktik prostitusi juga. Komisi A juga meminta Pemkab merevisi Perda  tentang prostitusi dan Miras.
Sementara Kasatpol PP Wahyu Budi Santoso juga mengakui, banyaknya lokalisasi di Kabupaten Batang. Bahkan, sejumlah tempat seperti pangkalan truk seperti penundan dan Banyuputih juga warung pinggir hutan jadi pun berubah menjadi praktek lokalisasi.
“Secara resmi, memang tak ada lokalisasi. Tapi kenyataanya semua orang sudah tahu. Namun, kita akan berusaha mengurangi jumlah PSK yang ada dengan rehabilitasi,” imbuh Kasatpol PP. Pengurangan lokalisasi dan PSK diperlukan karena dikhawatirkan KIMAK akan terus berkembang pesat di Seantero Batang. (dik)

Ribuan Warga Tutup Kompleks Lokalisasi

TUTUP – Ribuan massa menutup lokalisasi Boyongsari di Kota Batang. (didik)
* Libatkan FPI, FKBR, NU dan Muhammadiyah

BATANG – Usai shalat Jumat, ribuan massa yang di dominasi warga Boyongsari, Kecamatan Batang bergerak dari Masjid Akmaludin, Karangasem Selatan menuju kompleks lokalisasi Boyongsari yang berjarak hanya puluhan meter dari Masjid Akmaludin  itu.  Sambil berjalan, massa berorasi dengan damai. Lalu, massa memasang spanduk di beberapa gang kompleks lokalisasi tersebut. Aksi massa yang dikawal ketat polisi ini berlangsung lancar.
“Kami bergerak dengan maksud amar makruf nahi mungkar. Ini gabungan elemen islam dari Forum Komunikasi Batang Rembuk, FPI, NU, Muhammadiyah dan lainya. Kita sudah kordinasi dengan polisi. Insyallah, ini demi kebaikan Kota Batang dan masyarakat Batang. Ini aksi damai atas nama kesadaran bersama. Kami tak ingin anarkhis,” tegas pengurus Front Pembela Islam, Amir Hamzah dalam orasinya, Jumat siang. 
Pemasangan spanduk berisi ajakan menutup lokalisasi itu di pasang di tiga mulut gang. Ribuan warga Kecamatan Batang yang di dominasi warga Boyongsari ikut menyaksikan. Mulai dari anak-anak, pelajar, pemuda dan kaum ibu sama-sama meminta praktek prostitusi dihentikan. Puluhan polisi yang dipimpin Kapolsek Batang Kota AKP Kukuh Wiyono juga mengawal aksi itu. “Yang penting berjalan damai.  Pemasangan spanduk itu juga sudah seijin kepolisian,” jelas AKP Kukuh Wiyono saat memantau aksi.
Lewat mega phone, Amir Hamzah juga mengajak seluruh warga Boyongsari menjauhi prostitusi, perjudian dan miras. Selain itu, mengajak para PSK dan mucikari untuk sadar dan kembali kejalan yang benar dalam mencari rejeki. “Allah SWT sudah mengkaruniakan rahmat dan kasih sayangnya yang begitu luas. Marilah kita mencari rejeki dengan jalan yang halal thoyibah. Mari kita tinggalkan praktik prostitusi disini,” pinta Amir Hamzah. Bahkan, para orator lainya berkali kali mengingatkan massa agar tidak terpancing ulah provokator yang sengaja mengajak anarkhis.
 Senada Ketua PC NU M Taufik dan Ketua PD Muhammadiyah M Nasikhin  meminta agar praktik prostitusi di Boyongsari dihentikan. Selain menyalahi aturan agama maupun aturan pemerintah, lokalisasi itu juga sangat berdekatan dengan tempat pendidikan, tempat ibadah, pusat perekonomian Pasar Batang dan pusat pemerintahan Pemkab Batang. “Sejak dulu warga NU dan Muhammadiyah tak setuju keberadaan kompleks lokalisasi itu. Anak anak GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah juga ikut mendukung penutupan lokalisasi,” tegas HM Taufik dan H Nasikhin. PC NU dan PD Muhammadiyah juga mendesak Pemkab menegakan aturan. Sebab, kawasan Boyongsari merupakan kawasan pemukiman. Bukan lokalisasi prostitusi. Jika prostitusi itu ileggal, mestinya Pemkab segera  menutupnya.
Pertimbangan lainya, penularan penyakit HIV/AIDS di wilayah Batang sudah sangat tinggi. Menurut Kordinator Komisi penanggulangan Aids, Fajar Sajidin, diwilayah pantura, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Batang paling tinggi dengan angka penderita HIV/AIDS mencapai 119 orang yang di dominasi PSK. “Selama 2010 saja, penambahan penderita HIV/AIDS  lebih dari 30 orang. Itu yang  terdata. Realitanya jelas jauh lebih besar. Penderitanya 95 persen PSK dan mereka masih buka praktik. Sehingga penularan  HIV/AIDS sangat cepat,” imbuh Fajar Sajidin.
Sementara, sebelumnya MUI dan para tokoh lintas  agama Se Kabupaten Batang dalam audiensi dengan Kapolres Batang AKBP Nasikhin di Hotel Sendangsari baru baru ini juga meminta polisi dan  Pemkab memberantas prostitusi, miras dan perjudian. Ditambah ketika pertemuan Muspida dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Pendopo Pemkab, para tokoh agama dan masyarakat juga kembali mendesak agar Pemkab membuat Perda Miras dan Prostitusi. (dik)  

BIAYA PENGGANTI PEMBUATAN PASPOR DI KEMPLANG DEPAG

Wahuri Muchtar (Trie)
Pada pemberangkatan haji tahun 2009 di kota pekalongan mengalami berbagai kendala. Beberapa kendala diantaranya adalah rendahnya pelayanan haji untuk bidang konsumsi di Makkah dan belum terbitnya paspor pada saat itu, kendati sudah mendekati pemberangkatan.
Beberapa jama’ah haji tahun 2009 menanyakan, apakah pihak panitia pemberangkatan haji tahun 2010 ini sudah membenahi sistem kerjanya untuk melayani jama’ah haji tahun 2010 ini, agar tidak mengalami pengalaman yang sama seperti yang dialaminya.
Seperti yang dituturkan H. Taufiq warga Banyurip Ageng yang mengalami kejadian tersebut kepada Kontras mengeluhkan, pelayanan dari panitia pemberangkatan haji pada tahun keberangkatannya sangat merugikan para jama’ah.
”Waktu itu pemberangkatan sudah mepet, namun belum ada kepastian tentang paspor dari Depag, padahal paspor harus segera di stamp visa oleh kedutaan Arab Saudi, kemudian dari KBIH kita, yakni KBIH Aisiyah berinisiatif untuk mengantisipasi dengan membuat paspor sendiri, dan pada saat itu, yang dibuatkan sekitar 126 orang yang tergabung dalam KBIH Aisyah”, paparnya.
Dipaparkan Taufik, kendala yang dihadapi dirinya dan jamaah haji di kota Pekalongan pada saat itu, juga dialami di kota-kota lainnya, seperti di Magelang dan Wonosobo.
”Saat itu dari pihak Depag memperbolehkan kita untuk membuat Paspor sendiri ke pihak Imigrasi senilai 270 ribu, dan dari pihak Depag menyanggupi akan mengganti setelah usai ibadah haji, namun hingga musim haji tahun ini, biaya pembuatan paspor belum juga diganti, kendati kita sudah mengirim rekening kita masing-masing”, keluhnya.
Dirinya berharap, pihak Depag bisa menunaikan janjinya dan membenahi sistem pelayanan haji, sehingga kedepannya tidak lagi terjadi masalah seperti yang dialami jamaah haji tahun 2009.
“Depag kok kayak gitu..!!, Depag yang notabene kantor yang berlandaskan agama yang kuat kok semacam itu, kalau Depag saja begitu, bagaimana dengan sistem kerja kantor yang lain....???”, keluhnya dengan nada kesal.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan, Wahuri Muchtar ketika di konfirmasi membenarkan kejadian tersebut.
”Waktu itu memang belum ada juklak pembuatan paspor dari kantor hukum dan ham, departemen imigrasi. Akhirnya dari 139 jama’ah membuat sendiri. Dan saat ini, kami dan pusat sudah berusaha untuk memperbaiki pelayanan, kalau memang dirasa kurang, pasti kita ada komitmen untuk membenahi”, katanya.
Ditambahkan Wahuri, untuk masalah penggantian biaya pembuatan paspor, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Imigrasi yang saat itu menerima pembayaran dari Jama’ah.
”Permasalahannya bukan kita yang memproses, namun kami menanti jawaban dari departemen keuangan karena itu terkait dengan pendapatan negara bukan pajak penerimaan uang bukan pajak. Kalau cair, pasti kita kembalikan”, tegasnya. (Trie)

Calon Pengantin Tewas

APES – Calon pengantin yang tewas ditabrak truk. (didik)
PEKALONGAN - Apes menimpa Nina Lestari, 26 karyawan BMT Nurusaadah Pekalongan itu tewas ditabrak truk di jalur pantura, Jl Raya Wiradesa pada Rabu pagi. Padahal, sedianya Nina bakal dipersunting oleh jejaka tetangga desanya bulan Februari mendatang. Selama ini, gadis warga Pekuncen, Kauman, Wiradesa itu dikenal pintar dan baik dengan semua koleganya.
Saat kejadian, alumnus SMAN 3 Pekalongan itu mengendarai motor Revo Nopol G 3201 FA dari arah barat,  hendak berangkat ke kantornya.  Sampai di lokasi kejadian, Nina bermaksud menghindari penjual siomay yang hendak menyeberang jalan. Namun naas, motornya tetap tersenggol gerobak siomay. Tak pelak, korban jatuh ke bahu jalan.  Apesnya lagi, ketika jatuh  truk diesel yang melaju dari belakangnya langsung menabrak korban. Tak pelak, korbanpun tewas seketika dengan luka parah pada bagian kepala. “Setelah jatuh, tadi ditabrak truk dari belakang,” kata saksi, Wahab.
Seorang teman korban sempat histeris saat melihat tubuh korban terkapar tak bernyawa di aspal. warga sekiyar langsung berhamburan melihat. Sehingga lalu lintas sempat macet. Untunglah polisi segera datang mengurai arus lalu intas.  Lalu, warga dan polisi langsung mengevakuasi jenasah gadis yang tergeletak ditengah jalan itu dengan ambulance ke RSUD Kraton.
Sementara itu,  sopir truk diesel, Arif Harono  warga Jatinom, Kabupaten Klaten sudah  diamankan polisi dan dibawa ke Mapolres Pekalongan untuk dimintai keterangan. Begitu juga motor milik korban. Tak urung, kejadian ini  sempat mengakibatkan kemacetan panjang di ruas jalur Pantura Wiradesa. (dik)

Hendak Masuk TPI, 2 Kapal Celaka

TERDAMPAR – Petugas Pelabuhan Batang menunjukan Kapal Satria Jaya yang terdampar di pesisir TPI Klidang Lor Batang. (didik)


BATANG  – Cuaca buruk dan gelombang tinggi membuat dua perahu nelayan  mengalami  celaka ketika hendak masuk ke dermaga TPI Klidang Lor Batang pada Rabu (12/1)  pagi. Musibah pertama dialami Kapal Satria Jaya I milik Kasmadi warga Kranggan, Rembang.  Kapal yang di nahkodai Jumari itu baru saja mencari ikan di perairan lepas itu bermaksud hendak kembali ke TPI Klidang Lor Batang. Sebab, cuaca laut memburuk. Bahkan, sudah sekitar 5 hari kapal Satria Jaya I terombang ambil di laut lepas. “Saat akan masuk muara Klidang Lor, sekitar pukul 05.30 Wib, kapal dihantam gelombang dan terseret hingga membentur pier. Akibatnya, dok kapal rusak,” terang pengurus Kapal, Mentol 45 , warga Pasirsari, Batang.
Untunglah, semua awak kapal maupun perbekalan selamat. Hanya, ada kerusakan di dok kapal yang terdampar di pesisir itu. Kerugian ditaksir hanya sekitar Rp 1 jutaan. Tapi, awak kapal harus repot memindah perbekalan basket ikan dan memasang tali temali kapal agar tak terbawa ombak. Kapal berukuran 13 Gross Ton itu terpaksa dibiarkan terdampar di pasir sambil menunggu air pasang. “Sebenarnya saya sudah mengingatkan nahkoda agar menunda masuk dermaga. Tapi nahkoda ngeyel. Akibatnya jadi begini,” imbuh Mentol ketika memimpin anak buah kapal mengevakuasi kapal.    
Musibah yang kedua dialami perahu sopek milik Gampang, warga Seturi, Kecamatan Batang sekitar pukul 06.30 Wib.  Ketika perahu pencari ikan itu hendak pulang ke Pelabuhan TPI Klidang Lor,  Batang, saat masuk muara, perahu terseret ombak dan membentur pier penahan gelombang. Tak pelak, perahu pecah berantakan dan tenggelam. “Nahkodanya yang bernama Warmin, 42 pingsan. Sehingga terpaksa dibawake RS Kalisari Batang,” kata petugas pelabuhan, Solikhin disela evakuasi bangkai perahu. Untunglah, Nahkoda tak mengalami luka parah, hanya kelelahan terlalu lama di dalam air hingga pingsan. Solikhin menuturkan, sebenarnya jauh jauh hari petugas pelabuhan Batang sudah mengingatkan para nelayan dan pemilik kapal agar tidak melaut. Sebab, cuaca makin buruk dan gelombang tinggi. “Kami juga sudah memasang bendera biru gelap sebagai tanda bahaya di menara ujung pier,” tutur Solikhin. Sebelumnya, pada Selasa (11/1) juga ada dua perahu sopek kecil yang terseret ombak ketika memasuki muara TPI Klidang Lor. Namun, tak ada korban jiwa dalam kejadian itu. (dik)

Tolak PLTU, Tiga Warga Dipolisikan

·    Buntut Pro Kontra Proyek PLTU Batang

BATANG – Suasana Desa Karanggeneng makin tak nyaman. Terutama bagi tokoh tokoh masyarakat yang konsisten menolak proyek PLTU Batang. Terakhir,  muncul isu penculikan ataupun penangkapan yang tak jelas sumbernya. Akhirnya, lima orang tokoh masyarakat Karanggeneng yang menolak pembangunan PLTU memilih datang ke Mapolres Batang. “Kami minta perlindungan ke Polres. Biar masalahnya jelas. Selain itu, memang ada surat panggilan dari Polres untuk rekan kami,” ucap Kasmir yang menunggu di luar ruangan Reskrim Polres Batang..   
Itu diakui oleh Humas Polres Batang AKP H Djafar Sodik. Dia menyebut, ada beberapa orang warga yang datang ke Mapolres. “Saat ini mereka sedang dimintai keterangan oleh Satreskrim,” jelas H Djafar Sodik pada Selasa (10/4) siang. Memang, di ruangan Kasat Reskrim tampak Kasat Reskrim AKP Sudharto SH dan KBO Iptu Edi Lillah sedang berbincang dengan tiga orang warga Desa Karanggeneng. Ketiga warga itu adalah Riyono, Cahyadi dan Carman. Semuanya warga Desa Karanggeneng yang menolak menjual lahanya untuk  proyek PLTU Batang. 
Sedangkan di luar ruangan, tampak dua orang warga Karanggeng lainya menunggui. Setelah cukup lama di ruang Kasat Reskrim, ketiga orang itu lalu dimintai keterangan di ruang Kanit Reskrim. “Saya belum tahu hasil pemeriksaan. Kan masih berjalan. Yang jelas, status mereka sekarang ini masih saksi, atas kejadian penganiayaan terhadap saudara Sukadar yang juga warga Desa Karanggeneng,” imbuh Djafar Sodik.  Dia menjelaskan, saat kejadian di Desa Karanggeneng pada Rabu (4/4) petang, Sukadar mengalami luka pada bagian mulutnya dan giginya patah.
Sementara, terkait peristiwa adanya sekelompok orang berbadan tegap yang hendak menjemput paksa Riyono, warga Desa Karanggeneng pada Senin (9/4) sore, Humas Polres Batang Iptu Djafar Sodik membantah. “Tidak ada anggota Polres Batang  yang menjemput paksa warga. Yang ada hanya pengamanan di Polsek Tulis. Kita juga lakukan patroli,” tukasnya. Sesuai kesaksian warga, ketika itu istri Riyono yakni Ny Yunarsih menjerit jerit minta tolong. Sehingga para tetangga berhamburan keluar hendak menolong. Sehingga belasan orang berpakaian preman itu memilih pergi meninggalkan rumah Riyono dengan mengendarai beberapa mobil Kijang dan sepeda motor. Warga menduga, mereka adalah anggota Polri.
Sementara, sampai Selasa (10/4) pukul 17.00 Wib, polisi belum rampung memintai keterangan ketiga warga Desa Karanggeneng. Setidaknya, empat jam lebih ketiga warga itu menjalani pemeriksaan.  Pemeriksaan dilakukan di ruang Kanit Reskrim dan di ruang Kasat Reskrim. “Belum selesai Mas,” ucap Kasat Reskrim AKP Sudharto saat sejenak keluar ruangan.  (dik)

Tambah Mobil Perpustakaan Keliling

BATANG – Perpustakaan daerah Kabupaten Batang menambah layananya dengan  mobil perpustakaan keliling. Penggunaan mobil perpustakaan keliling itu kemarin diresmikan Bupati Batang Yoyok dan Wabup Sutadi. “Mobil nantinya akan keliling agar buku-buku yang ada bisa dibaca masyarakat dan juga anak sekolah,” kata Bupati Yoyok didampingi Wakil Bupati,  Soetadi.

Setiap hari mobil tersebut akan keliling ke daerah-daerah agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Bupati juga berpesan kepada masyrakat untuk bisa menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang baik, hal itu dikarenakan pendidikan terhadap anak-anak harus diberikan sejak dini. Selain itu, dalam masa pertumbuhan anak-anak lebih cepat menangkap suatu pelajaran yang diberikan. “Saya berharap mobil tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Perpustakaan, Kusumastuti menjelaskan selama ini pemerintah sudah melakukan program perpustakaan keliling. Lalu tahun  2012 ini mendapatkan bantuan Dana Intensif Daerah (DID) dari pusat yang peruntukannya guna pengadaan mobil perpustakaan keliling. ”Untuk tahun ini kami mendapatkan bantuan tiga buah mobil perpustakaan keliling dan juga motor pintar,” terang Kusumastuti.

Dengan adanya mobil dan motor pintar tersebut diharapkan bisa melayani anak-anak sekolah, terutama anak-anak TK dan PAUD. Mobil tersebut akan dioperasionalkan setiap hari ke sekolah-sekolah untuk menunjang pendidikan. Mobil dan sepeda motor tersebut berisi buku-buku pelajaran yang nantinya bisa  juga dipinjam anak-anak sekolah. “Keberadaan mobil tersebut diharapkan bisa membantu anak-anak dalam proses belajar, karena didalamnya terdapat buku-buku pelajaran,” tuturnya.

Selain penyerahan mobil perpustakaan keliling, juga diadakan parade Marching Band anak-anak TK dan PAUD se Kecamatan Batang, Lomba mewarnai gambar, serta ditampilkan juga pentas seni anak-anak PAUD dan TK. Acara tersebut ditutup dengan penampilan break dance dari Skill Soul Dance dari Batang, dan juga ada dongeng oleh Awang dari Sanggar Kampung Dongeng Jakarta.(dik)

Ketati Cafe Karaoke

PEKALONGAN - Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pekalongan akan meningkatkan pengawasan terhadap tempat-tempat hiburan  yang di tengarai sering digunakan oleh para pelajar maupun PNS saat jam kerja dan jam sekolah. Selain itu,  Satpol PP  juga akan memeriksa surat perizinan  karoke,  jika ditemukan pelanggaran maka akan diberikan sangsi berat bahkan hingga  pencabutan izinnya.

”Kita perketat pengawasan, karena banyaknya laporan dari masyarakat yang sering melihat siswa sekolah dan PNS,  keluyuran ditempat hiburan pada jam kerja,” ucap Komandan Regu B  Satpol PP,  Agung Jaya,  kemarin.

Agung menambahkan, pihaknya  sudah memberikan surat edaran kepada pengelola karaoke untuk tidak melayani para siswa sekolah dan PNS saat jam kerja. Jika peraturan itu dilarang, maka pihaknya akan melakukan tindakan peringatan keras. (dik)

Kondisi Cagar Budaya Memprihatinkan

PEKALONGAN – Beralihnya fungsi sejumlah bangunan cagar budaya yang menjadi salah satu bukti perjalanan sejarah di Kota Pekalongan, mengundang kekhawatiran para pemerhati budaya di Kota Batik. Budayawan, EH Kartaegara   mengatakan, hilangnya jejak sejarah di Kota Pekalongan, karena ketidakpedulian maupun miskinnya gagasan dalam melestarikannya. “Bangunan bersejarah memiliki arti  penting perjalanan budaya serta banyak cerita di balik bangunan-bangunan itu,” ucap EH Kartanegara.

Senada, WakilPimpinan DPRD Ismet Inonu mempertanyakan kinerja instansi terkait yang belum juga melakukan langkah nyata untuk pelestarian cagar budaya. “Belum ada langkah nyata, baru rencana rencana saja. Sementara kondisi cagar budaya makin memprihatinkan,” tukas Ismet Inonu.

Menanggapi hal ini, Pemkot Pekalongan berencana akan melakukan penataan bangunan cagar budaya. Satu per satu dari bangunan tersebut akan di cek serta dilakukan pengukuran untuk data detail. Kegiatan akan dilakukan pada Triwulan kedua tahun 2012,  atau tepatnya bulan Mei mendatang. Pendataan akan dilakukan bertahap untuk mengetahui prioritas bangunan dari  286 bangunan yang memiliki nilai sejarah itu. “Selain menyiapkan data inventarisasi, Pemerintah juga masih menyiapkan Perwal sebagai payung hukum untuk bangunan cagar budaya di Kota Pekalongan,  karena bangunan cagar budaya tersebut harus dijaga dan dilestarikan,” ucap Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan, Doyo Budi Wibowo. (dik)

Dua Bulan, Tambah 10 Penderita HIV/Aids

BATANG – Pembiaran terhadap praktik prostitusi di sepanjang jalur Pantura Kabupaten Batang menjadi penyebab utama tingginya penularan penyakit HIV/Aids yang mematikan itu. Jumlah penderita HIV/AIDS pun terus melonjak.  Bahkan, prevaleni HIV di Kabupaten Batang tertinggi di Pantura. Dan meraih peringkat ke tujuh besar dari 35 Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah.
      Hingga awal Maret ini, sedikitnya ada 180 an penderita HIV/Aids di Kabupaten Batang. Dari jumlah itu, sedikitnya 10 orang penderita HIV/AIDS baru ditemukan di wilayah Batang selama Januari-Februari 2012. Mereka terdiri dari penderita yang ditemukan di Batang serta warga Batang yang berada di luar kota dan pulang sudah diketahui menderita AIDS. “Sepuluh  penderita HIV/AIDS, tujuh ditemukan di Batang dan sementara sisanya adalah warga Batang yang kemungkinan tertular HIV/AIDS dari luar kota,” ucap Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan, Slamet Riyanto, kemarin.
       Sedangkan  tujuh orang yang ditemukan di Batang, rincianya enam orang perempuan dan satu orang laki-laki. Yang sudah terkena HIV lima orang, dan  penderita AIDS dua orang. Dari tujuh orang tersebut, terdiri atas 2 orang ibu rumah tangga, 4 orang wanita pekerja seks (WPS) dan satu orang pelanggan. Dinkes juga menemukan tiga orang warga Batang yang sudah menderita AIDS, ketika mereka berada di rumah sakit.  ''Mereka bekerja di luar kota, pulang-pulang sudah jadi AIDS. Mereka ketahuan di rumah sakit tapi tidak berurutan,'' tuturnya.
       Sedangkan Kordinator KPA Batang Fajar Sajidin menyakini, lebih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdata. Terutama di daerah-daerah resiko tinggi alias lokalisasi. Sebab, HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es. Sesuai catatan KPA Batang, penularan lewat prostitusi alias PSK paling tinggi. Maklum, meski jumlah PSK di Batang yang terdata sekitar 500 an orang, namun yang berpraktik sebagai PSK mencapai 700 an orang. Parahnya lagi, sebagian PSK yang jelas jelas mengidap HIV/Aids juga tetap buka praktik. Alhasil, penularan penyakit mematikan itu begitu cepat.  Selain HIV/Aids, penularan penyakit seksual lainya juga tergolong tinggi. Misalnya, sejak 2007 sampai sekarang, prevelensi Sifilis di Batang bahkan lebih tinggi ketimbang Kota Semarang dan Surabaya. Secara nasional, prevelensi HIV di Batang juga lebih besar.
Sementara itu, Slamet menyatakan, pihaknya sekarang terus berusaha melakukan penjangkauan terhadap  penderita HIV/AIDS. Tidak hanya WPS  di lokalisasi yang menjadi sasaran. Namun juga meluas seperti ke komunitas gay dan waria, pelanggan dan sopir dan kernet truk yang ada di Batang. Maklum, sepanjang jalur pantura Batang begitu banyak lokalisasi prostitusi.  Banyaka warung remang remang dan pangkalan pangkalan truk di sepanjang jalur pantura Batang yang digunakan untuk prostitusi. Belum lagi di kota Batang maupun pelosok Batang. Misalnya, Bong Chino, Jrakah Payung, Wuni Tenggulangharjo, Banyuputih, Penundan Banyuputih, Tamanan Banyuputih,  Luwes Surodadi dan lainya. Perkembangan prostitusi di Batang  begitu pesat. Apalagi, dari beberapa kasus, prostitusi di Batang juga melibatkan anak dibawah umur. Bahkan dibawah pohon jati pun ada prostitusi. Padahal, penularan paling cepat lewat cara itu. Sebab, banyak PSK penderita HIV/Aids yang tetap buka praktik. Jadi perlu dukungan semua komponen untuk menanggulanginya.
Sebenarnya, Pemkab Batang sudah punya Perda No. 6 Tahun 2011. Tapi, sampai sekarang Perda itu terkesan jadi pajangan saja. Buktinya, praktik pelacuran di wilayah Kabupaten Batang makin marak dan begitu bebasnya. Padahal, Pemkab harus mengeluarkan banyak anggaran untuk mengatasi maraknya pelacuran maupun penanggulangan HIV/Aids. Kalangan PSK, gay dan waria merupakan komunitas yang rawan terjangkit HIV/AIDS. Sebelumnya, penjangkauan penderita HIV/AIDS masih difokuskan pada WPS yang ada di lokalisasi. Sementara komunitas yang lain masih belum fokus dilakukan. Jika ditemukan ada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), maka Dinkes akan melakukan pemantauan. Termasuk terhadap ibu hamil yang telah menderita HIV/AIDS maka akan diusahakan agar sang anak tidak ikut tertular. (dik)

Pukuli Penagih Hutang

PEKALONGAN - Diduga melakukan penganiayaan terhadap karyawan perusahaan pembiayaan WOM Finance, Riyanto, warga Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara,  terpaksa meringkuk di sel tahanan Mapolres Pekalongan Kota. Riyanto diduga menganiaya karyawaan WOM Finance bernama  Sumanto warga Kesesi, Kabupaten Pekalongan, saat  Sumanto menagih tunggakan  kredit sepeda motor miliknya.

“Saat di tagih, Riyanto  justru memaki-maki  Sumanto serta memukul bagian kepala dan mukanya  sampai beberapa kali. Sehingga menyebabkan luka memar di wajahnya,” ucap Juru Bicara Kepolisian AKP Purwanto, kemarin. Akibat penganiayaan ini, Riyanto terancam pasal 352 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman maksimal 3 tahun penjara.(dik)

Awasi Pembelian BBM Dengan Jerigen

PEKALONGAN -  Jelang rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak, sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum  (SPBU) di Kota  Pekalongan melakukan pengawasan ketat terhadap pembelian BBM yang mengunakan  jerigen.

Manajer SPBU Jalan Merdeka Kota Pekalongan, Tri Paryono mengatakan, bagi pedagang eceran yang membeli dengan jerigen,  jumlah pembelian harus sesuai dengan jumlah yang tertera di surat rekomendasi dari Disperindag. “Bagi yang tidak memiliki surat rekomendasi, SPBU tidak akan melayani pembelian dengan jerigen,” ucap Tri Paryono.

Sekarang ini, pihaknya telah menginstruksikan kepada semua operator,  agar tidak melanggar ketentuan dari pemerintah, karena akan ada sanksi bagi operator yang melanggar. Tri menambahkan, untuk sementara ini pasokan dan kebutuhan BBM di SPBU masih norma, dalam satu harinya antara 24 hingga 25 ton premium.Sementara untuk kebutuhan pertamax  masih sedikit, yaitu di bawah 1 ton dalam satu hari, karena minimnya jumlah pembelian. (dik)


ABK Tewas Di Laut

PEKALONGAN - Seorang anak buah Kapal Motor Bintang Kasih Makmur asal Pekalongan, di laporkan tewas di perairan laut Tulung Agung  hari Jum’at  (9/3).  Korban bernama Casmono warga Desa Kebumen, Kecamatan  Tulis, Kabupaten Batang, yang diduga tewas akibat penyakit yang dideritanya kambuh.

“Sebelum meninggal Casmono sempat mengeluhkan sakit pada bagian perutnya dan oleh
nahkoda kemudian diberi obat,” kata Juru Bicara Kepolisian Resort Pekalongan Kota, AKP Purwanto, kemarin.

Namun,  pada keesokan harinya Casmono malah pingan. Sehingga terpaksa harus di bawa ke Puskesmas terdekat. Namun, sayang nyawanya tidak berhasil di selamatkan. Jenazah korban kemudian dibawa kerumah sakit Kraton untuk diperiksa, sebelum  dibawa kerumahnya di Batang untuk dimakamkan.(dik)