Jumat, 13 April 2012

CAFÉ GSP TANTANG PELANGGAN

Kajen - Bagi anda penggemar jajanan atau makanan dan minuman segar, barangkali harus mencoba makanan dan minuman yang disajikan oleh Cafe GSP yang berlokasi di Desa Coprayan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan ini.
Lokasinya yang asri berada di tengah perkampungan yang damai, dengan disain interior yang baik, cukup membawa suasana nyaman untuk bersantai sambil menikmati musik karaoke.
Adalah Kartika Wulan alias Vikoh (28), seorang pemilik Cafe GSP yang ingin mencoba menantang para penggemar makanan dan minuman, dengan menyajikan harga yang relatif terjangkau oleh semua kalangan, baik kalangan bawah maupun menengah keatas. 
”Semua makanan dan minuman yang saya sajikan sengaja dengan tarif yang cukup terjangkau, karena pelanggan disini tidak hanya kawula muda atau ABG saja, akan tetapi berbagai kalangan juga sempat mampir di cafe sini”, tutur Vikoh panggilan akrabnya.
Berangkat dari usaha warung yang sudah ditekuninya beberapa tahun lalu, kini dirinya mencoba melebarkan sayap dengan membuka cafe yang saat ini belum sempurna dan masih dalam taraf penyempurnaan.
”Saya mencoba membuka cafe, baru sekitar dua bulan yang lalu, karena sebelumnya hanya warung makan biasa, yang belum bisa ”memanjakan” konsumen. Dan sekarang bangunan cafe sudah saya tempati namun masih belum sempurna sehingga masih harus dibenahi disana sini”, terang Vikoh yang sudah dua tahun lalu menjomblo karena ditinggal suaminya.
Baginya, hidup tanpa suami juga harus dilakoni dengan penuh semangat, kerja yang tekun dan kemauan yang tinggi, karena saat ini, dirinya harus berjuang guna menghidupi anak-anaknya.  
”Saya menjalani hidup sendiri dengan penuh harapan dan semangat kerja yang tinggi, terbukti sejak saya buka warung dengan modal hanya 200 ribu rupiah dan sekarang saya berhasil membuka cafe ini. Mudah-mudahan dengan saya mengembangkan cafe, akan bertambah langganan saya, yang tentunya akan menambah penghasilan”, tutur Vikhoh.
Menurut Vikoh, Nama Cafe GSP sengaja dipilihnya karena diambilkan dari nama-nama anaknya. ”GSP adalah nama anak-anak saya yaitu Gita, Syahdan dan Putri. Mudah-mudahan dengan menamakan anak-anak saya akan dapat menambah rejeki dan banyak yang berlangganan” harap Vikhoh.
Menu yang disajikan Cafe GSP diantaranya adalah ayam goreng,  ayam bakar, sop buntut, sop Karwilan, sayur asem, soto babat, soto KTL, soto ayam, soto tahu, soto tempe serta beberapa minuman, berupa es Juice seperti jus apel, jus tomat ,jus wortel, jus sirsak, jus apukat, jahe susu, STMJ dan lain-lain.
”Harga makanan dan minuman yang saya sajikan insya Allah terjangkau dan memuaskan pelanggan, karena disamping pelanggan menikmati makanan dan minuman, kami ingin memanjakan pelanggan dengan menyediakan music karaoke dengan ruangan yang nyaman”, tantangnya. (AR/3) 

ABU AYYAS TOLAK PEMBUBARAN FPI


Pekalongan - Gelombang desakan untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI) semakin hari semakin gencar, yang datangnya dari berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas).
Seperti di Kota dan Kabupaten Pekalongan, berbagai elemen masyarakat seperti Garda Bangsa, GP Anshor, PMII, Pagar Nusa, Banser, Baurekso, KMKB sebagai wadah masyarakat, sepakat mendesak aparat keamanan untuk segera membubarkan FPI, karena dinilai, tindakannya selama ini telah menodai perjuangan Islam, seperti halnya kekerasan yang terjadi pada insiden Monas tanggal 1 Juni yang lalu.
Ketua KMKB Pekalongan, M. Zakaria mengatakan, bahwa selama  ini FPI melakukan tindakan kekerasan dalam menghadapi permasalahan umat. ”Selama ini FPI melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam, karena sebenarnya Islam bukan hanya milik FPI, akan tetapi sebagai agama yang membawa kedamaian dan sebagai agama pembawa rahmat bagi alam semesta. Untuk itu, kami mendesak kepada aparat keamanan untuk dapat menindak tegas, bila ada organisasi yang mengatasnamakan Islam, apapun nama organisasinya, yang melanggar koridor hukum”, terang Zakaria.
Menurutnya, ajaran agama manapun tidak mengajarkan kekerasan, apalagi Islam adalah agama pembawa perdamaian dan pemberi rahmat bagi umat sedunia. ”Jadi yang namanya amar ma’ruf nahi munkar bukan identik dengan kekerasan. Sebagai umat Islam mestinya dapat melindungi umat yang lainnya dan harus dapat memberikan rasa aman, jangan malah sebaliknya memberi rasa takut yang nantinya berdampak pada masalah ekonomi dan sebagainya. Untuk itu diharapkan kepada aparat keamanan untuk segera membubarkan FPI”, tegas Zakaria. 
Sementara itu, Ketua DPW FPI Pekalongan, Abu Ayyas menanggapi adanya desakan beberapa elemen masyarakat untuk segera membubarkan diri mengatakan, bahwa FPI adalah milik umat. ”Jadi yang berhak membubarkan FPI adalah umat. Lagi pula, apa alasanya mengapa FPI harus dibubarkan ?, Kalau alasannya kekerasan yang dilakukan FPI, sebenarnya semua pihak punya potensi untuk melakukan kekerasan. Ini tidak adil”, tegas Abu Ayyas ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Dikatakan Ayyas, bahwa didalam Islam mempunyai sistem nilai  yang tentunya  dilengkapi dengan sistem pertahanan untuk melindungi  diri dan mengawal misi yang harus diemban. ”Jangankan agama  Islam, institusi seperti kepolisian atau militer sebagai institusi hankam tentunya dilengkapi dengan perangkat kekerasan dan kapan kekerasan tidak boleh digunakan, karena ibarat sebuah terapi, seorang dokter mempunyai dua terapy dalam menghadapi penyakit pasien yang tergantung dari jenis penyakitnya. Bagi penyakit yang cukup disembuhkan dengan obat-obatan, maka akan dilakukan terapy konvensional atau moderat, sebaliknya bagi penyakit yang sudah kronis, maka akan dilakukan dengan terapy bedah, operasi atau bahkan diamputasi atau dengan kata lain terapy radikal”, terangnya.
Lebih jauh dikatakan, bahwa orang yang mengatakan Islam anti kekerasan berarti tidak memahami karakter syariat Islam, tetapi yang benar adalah Islam mengelola kekerasan. ”Artinya tidak semua permasalahan umat bisa diselesaikan dengan da’wah bil ma’ruf, akan tetapi adakalanya juga ’nahi anil mungkar’ yang beresiko kekerasan dan kekerasan semacam ini yang dibolehkan dalam Islam selama syarat rukunnya terpenuhi, seperti dalam jihad dengan konsekwensinya membunuh atau dibunuh, KILL OR TO BE KILL”, tegasnya.
Dijelaskan bahwa, pemahaman seperti diatas jarang tersampaikan dengan baik kepada umat. Umat banyak memahami Islam secara parsial bahkan sebagiannya lagi menyimpang seperti Ahmadiyah. ”Dalam kondisi tatanan umat semacam ini wajar jika kemudian syariat Islam ditolak umat sendiri, poligami dihujat, nahi munkar diprotes, lokalisasi dan perjudian dimana-mana. Aparat saja tidak sanggup untuk menuntaskan masalah ini, bahkan ada oknum yang inklud didalamnya. Disinilah peran masyarakat untuk melakukan bela Negara untuk menegakkan hukum termasuk didalamnya FPI”, pungkas Abu Ayyas. (AR/3)

Ribuan Buruh Belum Berserikat


PEKALONGAN - Pekerja Nasional Cabang Kota Pekalongan menyatakan dari sekitar 23 ribu buruh di Kota Pekalongan, baru sekitar 5 ribuan buruh saja yang sudah tergabung dalam serikat pekerja. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya sosialisasi tentang pentingnya membentuk organisasi perburuhan dan mereka tidak merasa nyaman ketika
akan membentuk serikat pekerja. “Para buruh di sejumlah perusahaan tidak bisa berserikat karena masih adanya intimidasi dari perusahaan serta kurangnya perlindungan dari pemerintah,” ucap Wakil Ketua DPC SPN,  Damirin kemarin.

Saat ini jumlah keanggotaan buruh di DPC SPN Kota Pekalongan tersebar dalam 18 pengurus serikat tingkat perusahaan. Masih ada ribuan buruh yang masih belum dapat dilibatkan dalam serikat, diantaranya dua ribu buruh kontrak di 18 perusahaan di mana SPN aktif mengorganisir. Secara umum buruh kontrak di Pekalongan mencapai 6 ribuan orang. Sementara ini di Pekalongan,  serikat yang masuk dalam Dewan Pengupahan Daerah ialah SPN dan SPSI.

 “Lewat serikat pekerja, kita bisa memperjuangkan upah pokok dan Jamsostek,  hak cuti, upah lembur, libur hari raya  dan lainya. Prinsipnya agar  buruh tidak dieksploitasi hanya untuk keuntungan besar bagi pengusaha,” jelas Damirin. Damirin menambahkan sebenarnya keberadaan serikat buruh ini dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produkstivitas kerja para buruh. Hal ini jika ada komunikasi yang baik antara perusahaan dan buruh. (dik)

Curi DVD Milik Majikan

PEKALONGAN – Berdalih  terdesak kebutuh ekonomi, Mustofa warga Kelurahan Yosorejo Kecamatan Pekalongan Selatan terpaksa harus meringkuk di sel tahanan Polres
Pekalongan Kota karena terbukti mencuri 5 unit DVD milik majikannya. “Dalam aksinya Mustofa berpura-pura mengantar barang ke salah seorang pembeli melaui jasa seorang tukang becak. Namun, ternyata barang-barang yang di kirim tidak sampai kepada pemesan,” ucap  Juru Bicara Kepolisian Resort Pekalongan Kota AKP Purwanto kemarin.

Purwanto menjelaskan tersangka Mustofa mengaku barang-barang berupa DVD tersebut telah ia jual ke orang lain dan uangnya dipergunakan untuk kebutuhan keluarganya. Purwanto mengungkapkan pemilik toko elektronik yang bernama Farida warga jalan Merdeka Kota Pekalongan yang merasa kehilangan barang  kemudian melaporkan perbuatan Mustofa ke polisi. Polisi kemudian menangkap Mustofa berserta barang bukti 5 unit DVD. Saat ini Mustofa masih di periksa penyidik Polres setempat dan terancam Hukuman sesuai  pasal 365 KUHP.(dik)

Harga Sembako Turun

BATANG – Ditengah rencana pemerintah yang akan menaikan harga BBM pada bulan April mendatang,  harga sembako dan sayuran di Kabupaten Batang dan  Kota Pekalongan justru turun. Diduga, fenomena ini karena masa panen yang melimpah. “Sejumlah komoditas mengalami penurunan harga sepekan ini. Misalnya beras, telur, cabai merah kriting maupun biasa, bawang merah dan bawang putih,” ucap Kepala Seksi Pengawasan Pengadaan dan Penyaluran Disperindagkop dan UMKM Setempat Sri Musri Andariyatmini kemarin.

Menurut pemilik Toko Kita yang menjual aneka sembako, Intan Pramadani, harga cabai merah biasa yang sebelumnya Rp 14 ribu kini telah turun Rp 2 ribu sehingga per kilo nya hanya 12 ribu rupiah. Beras dari Rp 8.500 menjadi Rp 8000. Telur seblumnya Rp 16 ribu per kilogram, kini hanya Rp 15 ribu.  Sedangkan cabai merah keriting yang sebelumnya 12 ribu, kini harganya sekitar 10 ribu rupiah saja perkilonya. Selain itu harga bawang merah dan bawang putih juga mengalami penuruanan. (dik)

Targetkan 1000 Kantung Darah

PEKALONGAN - Palang Merah Indonesia atau PMI Kota Pekalongan menargetkan sebanyak 1000 kantung darah setiap bulannya dari berbagai golongan darah untuk memenuhi kebutuhan darah selama tahun 2012. “Kalau pada tahun 2011 lalu, target perolehan darah antara 500 hingga 750 kantung darah bisa terpenuhi. Maka  tahun ini jumlahnya target menjadi sekitar 900 hingga 1000 kantung darah,” ucap Petugas Pencari Donor Darah PMI Setempat Ali Imron kemarin.

Ali Imron menjelaskan untuk memenuhi target tersebut, pihaknya rutin melakukan kegiatan donor darah massal diberbagai tempat supaya bisa memenuhi target sekitar 30 sampai 35 kantung darah setiap harinya. Dalam minggu ini,  kegiatan donor darah massal oleh PMI akan dilakukan diberbagai tempat seperti di Pondok Pesantren Syafi’I Akrom Buaran, SMK Negeri 3, Hypermart serta di Dupan Mall Pekalongan.

Sedangkan Kadinkes Pekalongan dr Dwi Heri Wibawa menilai kesadaran warga Kota Batik untuk berdonor darah semakin tinggi. Sebab, warga Pekalongan menganggap berdonor darah merupakan bagian dari ibadah. Sementara bagi yang membutuhkan darah dari PMI Pekalongan tak perlu khawatir dengan kualitas darah. Sebab, setiap darah yang masuk ke PMI harus melalui seleksi atau uji laboratorium. Dari hasil uji tersebut, akan diketahui darah yang mengandung kuman penyakit. Misalnya,  penyakit hepatitis, Megalovirus, CDRL, dan lain-lain. Makanya,  sebelum melakukan donor darah, masyarakat yang ingin menyumbangkan darahnya terlebih dahulu diperiksa kesehatannya oleh petugas. Setelah darah diambil, juga diperiksa lagi di laboratorium. (dik)

Andi Rudi Heriyanto

Ingatkan Penguasa dan Pengusaha

Go Green kembali menegaskan sikapnya yang mendukung pembangunan atau modernisasi. Termasuk pembangunan PLTU di Kabupaten Batang. Namun, pembangunan tak boleh menabrak aturan dan merugikan masyarakat. “Kami hanya mencoba mengingatkan Bupati Batang selaku penguasa agar taat aturan, professional dan proporsional dalam mengambil kebijakan. Apalagi, terkait pembangunan PLTU yang berdampak besar. Begitu juga dengan perusahaan asing maupun perusahaan lokal yang tergabung dalam PT Bhimasena selaku pengusaha, agar mengikuti aturan NKRI serta Perda yang ada,“ ungkap Ketua Go Green Batang, Ir Andi Rudy Herianto.
Alumni Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini menjelaskan, Go Green juga sudah melakukan kajian soal rencana proyek PLTU di Kawasan Ujungnegoro atau  Desa Karanggeneng. Kesimpulan Go Green, proyek PLTU dilokasi Desa Karanggeneng jelas menabrak berbagai aturan. “Disitu kepentingan bisnis kelistrikan maupun kepentingan politik tak boleh menginjak injak aturan. Kalau argumentasi kami dari Go Green dianggap keliru, tentunya Pemprop Jateng tidak akan membentuk tim pengkaji lokasi PLTU di Kawasan Ujung Negoro,” imbuh Ketua Forum Komunikasi Kesehatan Kelurahan Kauman Batang ini.
Makanya, suami dari Ny Pratiwi Suhargono ini berharap agar Bupati Batang dan PT Bhimasena agar lebih membuka diri dan menyampaikan informasi yang sebenar benarnya kepada warga Ujungnegoro. Termasuk soal regulasi yang harus dipatuhi  dan dampak PLTU. Sehingga soal PLTU bisa terang benderang dan bisa disikapi dengan bijaksana oleh semua pihak. (dik)