Jumat, 13 April 2012

2 Program Jadi Best Practices

PEKALONGAN - Inovasi pembangunan Pemkot Pekalongan kembali mendapat pengakuan dan penghargaan secara nasional. Kali ini,  datang dari APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) yang menempatkan  2 Inovasi pembangunan Kota Pekalongan sebagai bagian dari 9 Inovasi Pembangunan Daerah yang terpiliih sebagai Best Practices APEKSI Tahun 2011.
Dua Inovasi pembangunan tersebut adalah Inovasi Penguatan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal melalui Inisiatif Pengembangan Kampung Wisata Batik Kauman dan Pesindon, dan Inovasi terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan melalui program UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Sembilan Inovasi yang ditetapkan sebagai Best Practices Pembangunan Daerah tersebut berasal 6 Daerah se Indonesia, yaitu Kota Pekalongan, Kota Blitar; Kota Tarakan; Kota Surakarta; Kota Magelang, dan Kota Banda Aceh. Selanjutnya 9 Best Practices telah didokumentasikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia dalam buku 'Best Practices Kota-Kota APEKSI Jilid VII” yang pada Rabu,(7/3) dilaunching dalam sebuah seminar di Kantor Apeksi, Aston Hotel, Taman Rasuna, Jakarta.
“Berbagai inisiatif secara simultan, terpadu dan berkelanjutan kita lakukan untuk mendorong perekonomian lokal berbasis potensi batik. Misalnya,  pembangunan telecenter, penataan kawasan, penguatan kelembagaan sadar wisata, dan pengelolaan limbah batik melalui pembangunan IPAL,” urai Basyir Ahmad di hadapan peserta seminar Lounching buku itu.
 Tiga daerah, yakni Kota Pekalongan, Banda Aceh dan Surakarta menjadi narasumber. Walikota Pekalongan, dr. H.M. Basyir Ahmad juga membeberkan  bahwa inisiatif pengembangan kampung wisata batik merupakan bagian integral dari strategi penguatan ekonomi berbasis potensi lokal, dengan mengoptimalkan pemanfaatan Iptek, teruatama TIK, potensi budayan tradisi batik pekalongan dan mendorong daya dukung dan kelestarian lingkungan. Jadi,  kunci best practices di Kota Pekalongan adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam inisiasi program, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Apeksi, DR. Sarimun Hadisaputra dalam paparannya menjelaskan bahwa pemilihan dan penetapan Best Practices Apeksi dilakukan secara bertahap dengan dengan metodologi dan kriteria yang terukur, antara aspek inisiatif dan keunikan, daya keberlanjutan,  memberi kontribusi bagi  kehidupan masyarakat, telah berjalan minimal 2 tahun, dan yang terakhir transferability atau bisa ditransfer ke daerah lain. “Setelah melakukan survey, penelitian dan verifikasi atas berbagai usulan, tim Apeksi akhirnya memilih 9 Inovasi pembangunan sebagai Best Practices Apeksi 2011. Lalu  kita  dilaunching secara resmi,” ujar DR. Sarimun.
Sedangkan nara sumber lain, Wakil Walikota Banda Aceh memaparkan best practices terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan di Banda Aceh melalui penyelenggaraan Musyawarah Rencana Aksi Perempuanm yakni pengembangan Musrenbang Berperspektif Gender (dik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar