Selasa, 10 April 2012

DERITA CALON TKW "PENAMPUNGAN SERASA DI PENJARA"

Berharap ingin merubah nasib ekonomi keluarganya dengan menjadi tenaga kerja wanita ke luar negeri, namun malang sudah di alaminya sedari penampungan. Jumiati (23) warga Dukuh Sikidang RT.03 RW.01 Desa Pucanggading Kecamatan Bandar kabupaten Batang, telah merasakan pahitnya hidup di penampungan sambil menunggu giliran pemberangkatan ke tempat tujuan.
Menurutnya, saat dipenampungan PT. Tegar Sukses Abadi yang beralamat di daerah Pedurungan Semarang ini, dirinya mengalami tekanan bhatin yang luar biasa. Karena dalam penampungan milih H. Abdulah ini, semua calon TKW di kurung bak di dalam penjara di lantai 3 dan lantai 4 saja, serta tidak boleh beraktifitas di luar penampungan.
"Sejak masuk ke penampungan saya sudah mengalami sakit. tapi pihak PT melarang saya ataupun teman saya untuk membeli obat di luar penampungan", katanya, sambil meneteskan airmata mengingat peristiwa pilu yang dialaminya.
Sakit yang di derita ibu satu anak ini, di mulai dari menurunnya nafsu makan, karena makanan yang di suguhkan oleh pihak PT, sangat jauh dari kata layak.
"Selama 18 hari di penampungan, setiap hari saya dan teman-teman hanya makan nasi putih, dan di beri kuah rebusan tempe", katanya.
Ketika sakit, dirinya sering mengalami pingsan mendadak saat berdiri dan dirinya mengalami benturan-benturan di lantai penampungan, sehingga, sakit yang di deritanya kini mengalami puncaknya.
“Saat ini, kaki saya masih terasa lemas dan sering mengalami pusing kepala mendadak”, imbuhnya.

Tebus 5,5 juta
Kabar pulangnya Jumiati di tengah-tengah keluarga, membuat suasana haru bagi sahabat dan sanak keluarga. Namun, kepulangan Jumiati tak semulus yang dibayangkan. Pihak keluarga harus menggadaikan sepeda motornya untuk menebus Jumiati dari penampungan sebesar 5,5 juta rupiah.
“Harga itupun, setelah adanya tawar menawar, karena pihak PT minta tebusan senilai 9 juta. Pihak PT beralasan, nominal tersebut untuk mengganti kebutuhan Jumiati saat masih berada di penampungan dan pengurusan passport”, papar suami Jumiati yang enggan di korankan namanya.
Jumiati menambahkan, beberapa rekannya yang sudah keluar dari penampungan, juga mengalami hal serupa dengan dirinya, dengan menebus hingga 15 juta rupiah, karena tergantung masa tunggu di penampungan.
“Teman saya dari Kendal dan Pati juga menebus hingga 15 juta karena mereka sudah lama tinggal di penampungan”, jelasnya.
Di katakan Jumiati, masih ada 60 calon TKW dari berbagai wilayah, seperti Kendal, pati, Batang Pemalang dan Cilacap yang saat ini mengalami hal serupa dengan dirinya di dalam penampungan. Bahkan, beberapa hari yang lalu, Jumiati dan rekanya berencana untuk melarikan diri dengan cara menyambung kain sarung mereka, namun keburu ketahuan sang penjaga penampungan.
“Waktu itu kami sudah berencana melarikan diri namun usaha ini gagal, karena sudah ketahuan”, keluhnya.
Dirinya dan keluarga berharap, pemerintah bisa melakukan tindakan kepada PJTKI yang dianggapnya “Nakal” ini, sehingga, nasib rekan-rekannya yang masih dalam penampungan bisa terselamatkan. (Trie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar