BATANG – Pembiaran terhadap praktik prostitusi di sepanjang jalur Pantura Kabupaten Batang menjadi penyebab utama tingginya penularan penyakit HIV/Aids yang mematikan itu. Jumlah penderita HIV/AIDS pun terus melonjak. Bahkan, prevaleni HIV di Kabupaten Batang tertinggi di Pantura. Dan meraih peringkat ke tujuh besar dari 35 Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah.
Hingga awal Maret ini, sedikitnya ada 180 an penderita HIV/Aids di Kabupaten Batang. Dari jumlah itu, sedikitnya 10 orang penderita HIV/AIDS baru ditemukan di wilayah Batang selama Januari-Februari 2012. Mereka terdiri dari penderita yang ditemukan di Batang serta warga Batang yang berada di luar kota dan pulang sudah diketahui menderita AIDS. “Sepuluh penderita HIV/AIDS, tujuh ditemukan di Batang dan sementara sisanya adalah warga Batang yang kemungkinan tertular HIV/AIDS dari luar kota,” ucap Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan, Slamet Riyanto, kemarin.
Sedangkan tujuh orang yang ditemukan di Batang, rincianya enam orang perempuan dan satu orang laki-laki. Yang sudah terkena HIV lima orang, dan penderita AIDS dua orang. Dari tujuh orang tersebut, terdiri atas 2 orang ibu rumah tangga, 4 orang wanita pekerja seks (WPS) dan satu orang pelanggan. Dinkes juga menemukan tiga orang warga Batang yang sudah menderita AIDS, ketika mereka berada di rumah sakit. ''Mereka bekerja di luar kota, pulang-pulang sudah jadi AIDS. Mereka ketahuan di rumah sakit tapi tidak berurutan,'' tuturnya.
Sedangkan Kordinator KPA Batang Fajar Sajidin menyakini, lebih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdata. Terutama di daerah-daerah resiko tinggi alias lokalisasi. Sebab, HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es. Sesuai catatan KPA Batang, penularan lewat prostitusi alias PSK paling tinggi. Maklum, meski jumlah PSK di Batang yang terdata sekitar 500 an orang, namun yang berpraktik sebagai PSK mencapai 700 an orang. Parahnya lagi, sebagian PSK yang jelas jelas mengidap HIV/Aids juga tetap buka praktik. Alhasil, penularan penyakit mematikan itu begitu cepat. Selain HIV/Aids, penularan penyakit seksual lainya juga tergolong tinggi. Misalnya, sejak 2007 sampai sekarang, prevelensi Sifilis di Batang bahkan lebih tinggi ketimbang Kota Semarang dan Surabaya. Secara nasional, prevelensi HIV di Batang juga lebih besar.
Sementara itu, Slamet menyatakan, pihaknya sekarang terus berusaha melakukan penjangkauan terhadap penderita HIV/AIDS. Tidak hanya WPS di lokalisasi yang menjadi sasaran. Namun juga meluas seperti ke komunitas gay dan waria, pelanggan dan sopir dan kernet truk yang ada di Batang. Maklum, sepanjang jalur pantura Batang begitu banyak lokalisasi prostitusi. Banyaka warung remang remang dan pangkalan pangkalan truk di sepanjang jalur pantura Batang yang digunakan untuk prostitusi. Belum lagi di kota Batang maupun pelosok Batang. Misalnya, Bong Chino, Jrakah Payung, Wuni Tenggulangharjo, Banyuputih, Penundan Banyuputih, Tamanan Banyuputih, Luwes Surodadi dan lainya. Perkembangan prostitusi di Batang begitu pesat. Apalagi, dari beberapa kasus, prostitusi di Batang juga melibatkan anak dibawah umur. Bahkan dibawah pohon jati pun ada prostitusi. Padahal, penularan paling cepat lewat cara itu. Sebab, banyak PSK penderita HIV/Aids yang tetap buka praktik. Jadi perlu dukungan semua komponen untuk menanggulanginya.
Sebenarnya, Pemkab Batang sudah punya Perda No. 6 Tahun 2011. Tapi, sampai sekarang Perda itu terkesan jadi pajangan saja. Buktinya, praktik pelacuran di wilayah Kabupaten Batang makin marak dan begitu bebasnya. Padahal, Pemkab harus mengeluarkan banyak anggaran untuk mengatasi maraknya pelacuran maupun penanggulangan HIV/Aids. Kalangan PSK, gay dan waria merupakan komunitas yang rawan terjangkit HIV/AIDS. Sebelumnya, penjangkauan penderita HIV/AIDS masih difokuskan pada WPS yang ada di lokalisasi. Sementara komunitas yang lain masih belum fokus dilakukan. Jika ditemukan ada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), maka Dinkes akan melakukan pemantauan. Termasuk terhadap ibu hamil yang telah menderita HIV/AIDS maka akan diusahakan agar sang anak tidak ikut tertular. (dik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar