TUTUP – Ribuan massa menutup lokalisasi Boyongsari di Kota Batang. (didik) |
BATANG – Usai shalat Jumat, ribuan massa yang di dominasi warga Boyongsari, Kecamatan Batang bergerak dari Masjid Akmaludin, Karangasem Selatan menuju kompleks lokalisasi Boyongsari yang berjarak hanya puluhan meter dari Masjid Akmaludin itu. Sambil berjalan, massa berorasi dengan damai. Lalu, massa memasang spanduk di beberapa gang kompleks lokalisasi tersebut. Aksi massa yang dikawal ketat polisi ini berlangsung lancar.
“Kami bergerak dengan maksud amar makruf nahi mungkar. Ini gabungan elemen islam dari Forum Komunikasi Batang Rembuk, FPI, NU, Muhammadiyah dan lainya. Kita sudah kordinasi dengan polisi. Insyallah, ini demi kebaikan Kota Batang dan masyarakat Batang. Ini aksi damai atas nama kesadaran bersama. Kami tak ingin anarkhis,” tegas pengurus Front Pembela Islam, Amir Hamzah dalam orasinya, Jumat siang.
Pemasangan spanduk berisi ajakan menutup lokalisasi itu di pasang di tiga mulut gang. Ribuan warga Kecamatan Batang yang di dominasi warga Boyongsari ikut menyaksikan. Mulai dari anak-anak, pelajar, pemuda dan kaum ibu sama-sama meminta praktek prostitusi dihentikan. Puluhan polisi yang dipimpin Kapolsek Batang Kota AKP Kukuh Wiyono juga mengawal aksi itu. “Yang penting berjalan damai. Pemasangan spanduk itu juga sudah seijin kepolisian,” jelas AKP Kukuh Wiyono saat memantau aksi.
Lewat mega phone, Amir Hamzah juga mengajak seluruh warga Boyongsari menjauhi prostitusi, perjudian dan miras. Selain itu, mengajak para PSK dan mucikari untuk sadar dan kembali kejalan yang benar dalam mencari rejeki. “Allah SWT sudah mengkaruniakan rahmat dan kasih sayangnya yang begitu luas. Marilah kita mencari rejeki dengan jalan yang halal thoyibah. Mari kita tinggalkan praktik prostitusi disini,” pinta Amir Hamzah. Bahkan, para orator lainya berkali kali mengingatkan massa agar tidak terpancing ulah provokator yang sengaja mengajak anarkhis.
Senada Ketua PC NU M Taufik dan Ketua PD Muhammadiyah M Nasikhin meminta agar praktik prostitusi di Boyongsari dihentikan. Selain menyalahi aturan agama maupun aturan pemerintah, lokalisasi itu juga sangat berdekatan dengan tempat pendidikan, tempat ibadah, pusat perekonomian Pasar Batang dan pusat pemerintahan Pemkab Batang. “Sejak dulu warga NU dan Muhammadiyah tak setuju keberadaan kompleks lokalisasi itu. Anak anak GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah juga ikut mendukung penutupan lokalisasi,” tegas HM Taufik dan H Nasikhin. PC NU dan PD Muhammadiyah juga mendesak Pemkab menegakan aturan. Sebab, kawasan Boyongsari merupakan kawasan pemukiman. Bukan lokalisasi prostitusi. Jika prostitusi itu ileggal, mestinya Pemkab segera menutupnya.
Pertimbangan lainya, penularan penyakit HIV/AIDS di wilayah Batang sudah sangat tinggi. Menurut Kordinator Komisi penanggulangan Aids, Fajar Sajidin, diwilayah pantura, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Batang paling tinggi dengan angka penderita HIV/AIDS mencapai 119 orang yang di dominasi PSK. “Selama 2010 saja, penambahan penderita HIV/AIDS lebih dari 30 orang. Itu yang terdata. Realitanya jelas jauh lebih besar. Penderitanya 95 persen PSK dan mereka masih buka praktik. Sehingga penularan HIV/AIDS sangat cepat,” imbuh Fajar Sajidin.
Sementara, sebelumnya MUI dan para tokoh lintas agama Se Kabupaten Batang dalam audiensi dengan Kapolres Batang AKBP Nasikhin di Hotel Sendangsari baru baru ini juga meminta polisi dan Pemkab memberantas prostitusi, miras dan perjudian. Ditambah ketika pertemuan Muspida dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Pendopo Pemkab, para tokoh agama dan masyarakat juga kembali mendesak agar Pemkab membuat Perda Miras dan Prostitusi. (dik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar